Senin, 17 Oktober 2016

TEORI PEMBELAJARAN MATEMATIKA



BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) dalam menjamin keberlangsungan pembangunan suatu bangsa. Peningkatan kualitas SDM jauh lebih mendesak unruk segera direalisasikan terutama dalam menghadapi era persaingan global. Oleh karena itu, peningkatan kualitas SDM sejak dini merupakan hal penting yang harus dipikirkan secara sungguh-sungguh.

Jika pendidikan merupakan salah satu instrumen utama pengembangan SDM, tenaga pendidik yaitu seorang guru sebagai salah satu unsur yang berperan penting di dalamnya, memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan tugas dan mengatasi segala permasalahan yang muncul. Guru merupakan komponen yang sangat menentukan dalam implementasi proses pembelajaran di dalam kelas sebagai unsur mikro dari suatu keberhasilan.

             Tentu saja keberhasilan implementasi suatu strategi pembelajaran didalam kelas tergantung pada kepiawaian guru dalam menggunakan metode, teknik, dan strategi pembelajaran tersebut. Tetapi, banyak sekali yang kite temui banyak pelaksana pembelajaran masih kurang variatif, proses pembelajaran memiliki kecenderungan pada metode tertentu (konvensional), dan tidak memperhatikan tingkat pemahaman siswa terhadap informasi yang disampaikan. Siswa kurang aktifdalam proses belajar, siswa lebih banyak mendengar dan menulis, menyebabkan isi pelajaran sebagai hafalan sehingga siswa tidak memahami konsep yang sebenarnya. Sejauh ini pendidikna kita masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus di hafal. Kelas masih terfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan.




       




 Selain tentang proses pembelajaran yang belum baik dan benar  yang dihadapi dalam dunia pendidikan, seorang guru belim mengetahui tentang teori-teori belajar salah satunya dari pelajaran matematika . Mengapa dengan matematika? Sebab matematika merupakan salah satu bidang studi yang ada pada setiap jenjang pendidikan, mulai dari tinggakt sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Bahkan matematika diajarkan ditaman kanak-kanak secara informal.
                          Bidang studi matematika merupakan salah satu komponen pendidikan dasar dalam bidang-bidang pengajaran. Bidang studi matematika ini diperlukan untuk proses perhitungan dan proses berfikir yang sanagat di butuhkan orang dalam menyelesaikan berbagai masalah.

I.2 Rumusan Permasalahan
Dari pemaparan latar belakang tersebut, maka kami menentukan rumusan permasalahan sebagai berikut :
1.                  Apakah definisi belajar ?
2.                  Bagaimana teori-teori belajar matematika ?
3.                  Apakah definisi matematika ?
4.                  Bagaimana teknik pembelajaran matematika ?
5.                  Apa tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar ?


I.3 Tujuan Permasalahan
                      
1.             Untuk mengetahui tentang definisi belajar
2.             Untuk mengetahui tentang teori-teori belajar matematika
3.             Untuk mengetahui tentang definisi matematika
4.             Untuk mengetahui tentang teknik pembelajaran matematika
5.             Untuk mengetahui tentang tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar
                       





BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Definisi Belajar
Kata atau istilah belajar bukanlah sesuatu yang baru, sudah sangat dikenal secara luas, namun dalam pembahasan belajar ini masing-masing ahli memiliki pemahaman dan definisi yang berbeda-beda, walaupun secara praktis masing-masing kita suda sangat memahami apa yang dimaksud belajar tersebut. Oleh karena itu, untuk menghindari pemahaman yang beragam tersebut, berikut akan dikemukakan berbagai definisi belajar menurut para ahli.
Menurut R. Gagne (1989), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Belajar dan mengajar merupakandua konsep yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dua konsep ini menjadi terpadu dalam satu kegiatan dimana terjadi interaksi antara guru dan  siswa, serta siswa pada saat pembelajaran berlangsung.
Bagi Gagne, belajar dimaknai sebagai suatu proses unruk memperoleh nmotivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. Selain itu, Gagne juga menekankan bahwa belajar sebagai upaya memperoleh pengetahuan atau keterampilan melalui intruksi. Intruksi yang dimaksud adalah perintah aray arahan dan bimbingan dari seorang pendidik atau guru. Selanjutnya, Gagne dalam teorinya yang disebut The domains of learning,  menyimpulkan bahwa segala sesuatu yanh dipelajari oleh manusia dapat dibagi menjadi 5 kategori, yaitu:
1.      Keterampilan motoris(motor skill); adalah keterampilan yang diperlihatkan dari berbagai gerakan badan,misalnya menulis, menendang bola, bertepuk tangan, berlari, dan meloncat.
2.      Informasi verbal; informasi ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan otak atau inteligensi seseorang, misalnya seseorang dapat memahami sesuatu dengan berbicara, menulis, menggambar, dan sebagainya yang berupa simbol yang tampak (verbal).






                 
3.      Kemampuan intelektual ; selain menggunakan simbol verba, manusia juga mampu melakukan interaksi dengan dunia luar melalui kemampuan intelektualnya, misalnya mampu membedakan warna, bentuk, dan ukuran.
4.      Strategi kognitif ; Gagne menyebutnya sebagai organisasi keterampilan yang internal (internal organizet skill), yang sangat diperlukan untuk belajar mengingat dan berfikir. Kemampuan kognitif ini lebih ditujukan kedunia luar, dan tidak dapat di pelajari dengan sekali saja memerlukan perbaikan dan latihan terus menerus yang serius.
5.      Sikap (attitude) ; su=ikap merupakan faktor penting dalam belajar; karena tanpa kemampuan ini belajar tak akan berhasil degan baik. Sikap seseorang dalam belajar akan sangat memengaruhi hasil yang diperoleh dari belajar tersebut. Sikap akan sangat tergantung pada pendirian , kepribadian, dan keyakinannya, tidak dapat dipelajari atau dipaksakan, tetapi perlu kesadaran diri yang penuh.
         
  Adapun menurut Burton dalam Usman dan Setiawati (1993:4), belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu lain dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Sementara menurut E.R Hilgard (1962), belajar adalah suaru perubahan kegiatan reaksi terhadap lingkungan. Perubahan kegiatan yang dimaksud mencakup pengetahuan, kecakapan, tingkah laku, dan ini diperoleh melalui latihan (pengalaman). Hilgard menegaskan bahwa belajar merupakan proses mencari ilmu yang terjadi dalam diri seseorang melalui latihan, pembiasaan, pengalaman, dan sebagainya.
   Kingsley membagi hasil belajar menjadi tiga macam, yaitu : (1) keterampilan dan kebiasaan ; (2) pengetahuan dan pengertian ; dan (3) sikap dan cita-cita . Sedangkan Djamarah dan Zain (2002:120) menetapkan bahwa hasil belajar telah tercapai apabila telah terpenuhi dua indikator berikut, yaitu:






1.      Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual ataupun kelompok.
2.      Perilaku yang digariskan daam tujusn pengajaran / intruksional khusus telah dicapai oleh siswa baik individu maupun kelompok.

 Dari beberapa pengertian belajar diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru seningga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berfikir, merasa, maupun dalam bertindak.

II.2 Teori- teori Belajar Matematika
Sebagai seorang guru matematika yang profesional dan kompeten mempunyai landasan yang dapat di pakai dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran matematika. Wawasan itu berupa dasar-dasar teori belajar yang dapat diterapkan untuk pengembangan dan atau perbaikan pembelajaran matematika.

1.      Teori Thorndike
Sebelum tahun lima-puluhan, kurikulum matematika sekolah dasar dipengaruhi oleh teori Thorndike, ditandai terutama dengan pengembangan keterampilan komputasional bilnagan cacah, pecahan, dan demisal. Teori Thorndike disebut teori penyerapan, yaitu teori yang memangdang peserta didik sebagai selembar kertas putih, penerima pengetahuan yang siap menerima pengetahuan secara pasif. Menurut Thorndike (1924), belajar dikatakan sebagai berikut: “learning in essentially the formation   of connections or bonds between situation and responses ... and that habit rules in the realm of thought as truly and as fully in the realm of action”.
Pandangan belajar seperti ini mempunyai dampak terhadap pandangan mengajar. Mengajar dipandang sebagai perencanaan dari urutan bahan pelajaran yang di susun dengan cermat, mengkomunikasikan bahan kepada peserta didik, dan membawa mereka untuk praktik menggunakan konsep atau prosedur baru. Konsep dan prosedur baru iru akan semakin mantap jika makin banyak praktik (latihan) dilakukan. Keterampilan dan konsep baru sekedar ditambahkan terus-menerus, tidak dikait-kaitkan atau diintegrasikan satu sama lain.




Kekuatan hubungan stimulus dan respon mewarnai matematiak di sekolah dasar, misalnya stimulus 7+8 = yang mempunyai respon 15, yang banyak digunakan untuk membawa peserta didik terampil komputasi. Pada prinsipnya teori Thorndike menekankan banyak memberi praktik dan latihan (dril & practice) kepada peserta didik agar konsep dan prosedur dapat mereka kuasai dengan baik.
2.      Teori Ausubel
Teori makna (meaning theory) dari Ausubel (Brownell dan Chazal) mengemukakan pentingnya pembelajaran bermakna dalam mengajar matematika. Kebermaknaan pembelajaran akan membuat kegiataan belajar lebih menarik, lebih bermanfaat, dan lebih menantang, sehingga konsep dan prosedur matematika akan lebih mudah dipahami dan lebih tahan lama diingat oleh peserta didik. Kebermaknaan yang dimaksud dapat berupa struktur matematika yang lebih ditonjolkan untuk memudahkan pemahaman (understanding). Wujud lain kebermaknaan adalah pernyataan konsep-konsep dalam bentuk bagan, diagram atau peta, yang mana tampak keterkaitan diantara konsep-konsep yang diberikan. Teori ini juga disebut teori holistik karena mempunyai pandangan pentingnya keseluruhan dalam mempelajari bagian-bagian. Bagan atau peta keterkaitan dapat bersifat hierarkis atau bersifat menyebar (distributif), sebagai bentuk lain dari rangkuman, ringkasan atau ikhtisar.

3.      Teori Jean Piaget
Teori perkembangan intelektual dari Jean Piaget menyatakan bahwa kemampuan intelektual anak berkembang secara bertingkat atau bertahap yaitu : (a) sensori motor (0-2 tahun), (b) pra-operasional (2-7 tahun ), (c) operasional konkret (7-11 tahun), dan (d) operasional _> 11 tahun. Teori ini merekomendasikan perlunya mengamati tingkatan perkembanagn intelektual anak sebelum suatu bahan pelajaran matematika diberikan terutama untuk menyesuaikan “keabstrakan” bahan matematika dengan kemampuan berfikir abstrak anak pada saat itu. Teori Piaget juga menyatakan bahwa setiap makhluk hidup mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan situasi sekitar atau lingkungan. Keadaan memberikan petunjuk bahwa orang







selalu belajar untuk mencari tahu dan memperoleh pengetahuan, dan setiap
orang berusaha untuk membangun sendiri pengetahuan yang diperolehnya. Pendapat Piaget ini melandasi penerapan aliran konstruktivisme dalam pelaksanaa pembelajaran matematiak, dan memposisikan peran guru sebagai fasilitator dan motivator agar peserta didik mempunyai kesempatan untuk membangun sendiri pengetahuan mereka.

4.      Teori Vygotsky
Teori Vygotsky berusaha mengembangkan model konstruktivistik belajar mandiri dari Piaget menjadi belajar kelompok. Dalam membangun sendiri pengetahuannya, peserta didik dapat memperoleh pengetahuan melalui kegiatan yang beranekaragan  dengan gurur sebagai fasilitator. Kegiatan itu dapat berupa diskusi kelompok kecil, diskusi kelas, mengerjakan tugas kelompok, tugas mengerjakan ke depan kelas 2-3 orang dalam waktu yang sama dan untuk soal yang sama (sebagai bahan pembicaraan/diskusi kelas) tugas menulis (karya tulis, karangan), tugas bersama membuat laporan kegiatan pengamatan atau kajian matematika. Dengan kegiatan yang beragam, peserta didik akan membangun pengetahuannya sendiri melalui membaca, diskusi, tanta jawab, kerja kelompok, pengamatan, pencacatan, pengerjaan, dan presentasi.

5.      Teori Jerome Bruner 
Teori Bruner berkaitan dengan perkembangan mental, yaitu kemampuan mental anak berkembang secara bertahap mulai dari sederhana ke yang rumit, mulai dari yang mudah ke yang sulit, dan mulai dari yang nyata atau konkret ke yang abstrak. Urutan tersebut dapat membantu peserta didik untuk mengikuti pelajaran dengan lebih mudah. Urutan bahan yag dirancang biasanya juga terkait usia atau umur anak.
  Secara lebih jelas Bruner menyebut tiga tingkatan yang perlu diperhatikan dalam mengakomodasikan keadaan peserta didik, yaitu :
1.      Enactive  (manipulasi objek langsung)
2.      Iconic (manipulasi objek tidak langsung )
3.      Symbolic (manipulasi simbol)




Penggunaan berbagai objek, dalam berbagai bentuk dilakukan setelah melalui pengamatan yang teliti bahwa memang benar objek itu yang diperlukan. Sebagai contoh bagi anak SD kelas 1, tentu mereka dalam situasi enactive, artinya matematika lebih banyak diajarkan dengan manipulasi objek langsung dengan memanfaatkan krikil, kereleng, manik-manik, potongan kertas, bola, kotak, karet, dan sebagainya, dan dihindari penggunaan langsung simbol-simbol huruf dan lambang-lambang operasi yang berlebihan.

II.3 Definisi Matematika
            Penyelenggaraan pendidikan pada jenjang sekolah dasar bertujuan memberikan bekal kepada siswa untuk hidup bermasyarakat dan dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, maka tujuan pembelajaran matematika di sekolah dimaksudkan agar siswa tidak hanya terampil menggunakan matematika, tetapi dapat memberikan bekal kepada siswa dengan tekanan penataan nalar dalam penerapan matematika dalam kehidupan sehari-hari di tengah-tengah masyarakat dimana ia tinggal.
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang ada pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar hungga perguruan tinggi. Bahkan matematika diajarkan di taman kanak-kanak secara informal.
Belajar matematika merupakan suatu syarat cukup untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Karena dengan belajar matematika, kita akan belajar bernalar secara kritis, kreatif, dan aktif. Matematika merupakan ide-ide abstrak yang berisi simbol-simbol, maka konsep-konsep matematika harus dipahami terlebih dahulu sebelum memanipulasi simbol-simbol itu.
Pada usia siswa sekolah dasar (7-8 tahun hingga 12-13 tahun), menurut teori kognitif Piaget termasuk pada tahap operasional konkret. Berdasarkan perkembangan kognitif ini, maka anak usia sekolah dasar pada umumnya mengalami kesulitan dalam memahami matematika yang bersifat abstrak. Karena keabstrakannya matematika relatif tidak mudah untuk dipahami oleh siswa sekolah dasar pada umumnya.




Bidang studi matematika merupakan salah satu komponen pendidikan dasar dalam bidang-bidang pengajaran. Bidang studi matematika ini diperlukan untuk proses perhitungan dan proses berfikir yang sangat dibutuhkan orang dalam menyelesaikan berbagai masalah.
Kata matematika berasal dari bahasa Latin, manthanein atau mathema yang berasal “belajar atau hal yang dipelajari”, sedang dalam bahasa Belanda, matematika disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran (Depdiknas, 2001:7). Matematika memiliki bahasa dan aturan yang terdefinisi dengan baik, penalaran yang jelas dan sistematis, dan struktur atau keterkaitan antarkonsep yang kuat. Unsur utama pekerjaan matematika adalah penalaran deduktif yang bekerja atas dasar asumsi(kebenaran konsistensi). Selain itu, matematika juga bekerja melalui penalaran induktif yang didasarkan fakta dan gejala yang muncul untuk sampai pada perkiraan tertentu. Tetapi perkiraan ini, tetap harus dibuktikan secara deduktif, dengan argumen yang konsisten.
II.4 Teknik Pembelajaran Matematika
 Pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasa yang baik terhadap materi matematika.
Teknik pembelajaran ialah cara yang dilakukna seseorangdalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misal: metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa relatif secara teknis tentunya berbeda dengan metode ceramah yang dilakukan dalam kelas dengan jumlah siswa yang sedikit.
Peningkatan optimalisasinya komunikasi antara lain dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam menguasai berbagai teknik dalam pembelajaran yang menyatu dalam setiap metode. Berikut ini diuraikan beberapa teknik untuk mengingkatkan efektifitas pembelajaran.
·         TEKNIK MENJELASKAN
Menjelaskan merupakan salah satu bagian penting dalam proses kegiatan







belajar mengajar. Karena itu teknik ini sangat perlu dikuasai guru, namun dengan guru senantiasa membatasi diri agar tidak terjebak ke ceramah murniyang menghilangkan perasaan siswa kecuali hanya mendengarkan atau bahkan hanya mendengar yang dikemukakan guru. Beberapa hal yang penting adalah :
1.      Gunakan bahasa yang sederhana, jelas, dan mudah dimengerti serta komunikatif
2.      Ucapan hendaknya terdengar dengan  jelas, lengkap, tertentu, dan dengan intonasi yang tepat
3.      Bahan disiapkan dengan sistematis mengarah ke tujuan
4.      Penampilan hendaknya menarik, diselangi, dengan geraka dan humor sehat
5.      Adakan variasi atau selingan dengan metode lain, misalnya tanya jawab, menggunakan alat bantu seperti lembar peraga (chart)
Dalam beberapa hal, menjelaskan sesuatu yang “menimbulkan pertanyaan” perlu dilakukan guru. Ini merupakan salah satu cara agar siswa siap mengembangkan diri melalui suatu jalan tembus yang dibaut guru tersebut.
Teknik Bertanya
   Ada pepatah dalam pengajaran: “Questioning is the heart of the teaching”, artinya “Pertanyaan adalah jantungnya pengajaran”. Kalau demikian, pengajaran tanpa bertanya, adalah pengajaran yang gersang. Untuk menggunakan tanya-jawab, perlu diketahui tujuan mengajukan pertanyaan , jenis dan tingkat pertanyaan, serta teknik mengajukan pertanyaan.
Tujuan mengajukan pertanyaan antara lain untuk :
1)      Memotivasi siswa
2)      Menyegarkan apresiasi siswa
3)      Memulai diskusi
4)      Mendorong siswa agar berfikir
5)      Mengarahkan perhatian siswa
6)      Menggalakkan penyeledikan




7)      Mendiagnosis/memeriksa tanggapan siswa
8)      Menarik perhatian siswa
9)      Mengundang pertanyaan siswa
Jenis dan Tingkat Pertanyaan
            Ditinjau dari jawabannya, pertanyaan dibedakan atas pertanyaan tertutup (bersifat konvergen) dan pertanyaan terbuka (bersifat divergen). Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang jawabannya tertentu. Pertanyaan terbuka diharapkan lebih banyak dikembangkan.
            Ditinjau dari jenjang kemampuan, pertanyaan dibedakan atas pertanyaan tingkat rendah dan pertanyaan tingkat tinggi. Pertanyaan tingkat rendah adalah pertanyaan yang hanya mengukur ingatan saja. Pertanyaan tingkat tinggi adalah pertanyaan yang setidak-tidaknya menurut pemahaman atau pemikiran siswa dan inilah yang diharapkan lebih dikembangkan.
Diskusi
            Ada diskusi kelas yang dipimpin oleh guru atau salah seorang siswa; ada diskusi kelompok pasangan (dua anggota), diskusi kelompok (3-6 orang) dan ada diskusi dinamika kelompok yaitu, mulai dari 2 orang, kemudian setiap 2 kelompok dari 4 orang itu bergabung lagi menjadi 8 orang. Pada setiap diskusi hendaknya diakhiri dengan pelaporan hasil diskusi dengan sidsng pleno.
            Teknik diskusi perlu dikembangkan sebagai salah satu bentuk kegiatan yang menunjang pada keterampilan hidup (life skill) yang berkaitan dengan kemapuan umum yang harus dimiliki setiap warga masyarakat, karena life skill di SD memang lebih terfokus pada pengembangan kemampuan siswa untuk bersosialisasi, berinteraksi sosial dan keterampilan-keterampilan hidup lainnya dalam masyarakat.
Beberapa Strategi yang Sering Digunakan
            Pada saat memecahkan masalah, ada beberapa cara atau langkah yang sering digunakan. Cara yang sering digunakan orang dan sering berhasil pada 




proses pemecahan masalah inilah yang disebut dengan strategi pemecahan masalah. Setiap manusia akan menemui masalah. Karenanya, srategi ini akan sangat bermanfaat jika dipelajari para siswa agar dapat dignakan dalam kehidupan nyata mereka.
PEMECAHAN MASALAH
            Sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah merupakan pertanyaan yang harus dijawab atau direspon. Mereka menyatakan juga bahwa tidak semua pertanyaan otomatis akan menjadi masalah. Suatu pertanyaan akan menjadi masalah hanya jika pertanyaan itu menunjukan adanya suatu tantangan yang tidak dapat dipecahkan oleh suatu prosedur rutin yang sudah diketahui si pelaku.
Beberapa strategi yang sering digunakan adalah:
A.    Membuat diagram
Strategi ini berkait dengan pembuatan sket atau gambar corat-coret mempermudah memahami masalahnya dan mempermudah mendapatkan gambaran umum penyelesainnya.
B.     Mencobakan pada soal yang lebih sederhana
Strategi ini berkait dengan penggunaan contoh khusus tertentu pada masalah tersebut agar lebih mudah dipelajari, sehingga gambaran umum penyelesaian yang sebenarnya dapat ditemukan.
C.     Membuat tabel
Strategi ini digunakan untuk membantu menganalisis permasalahan atau jalan pikiran kita, sehingga segala sesuatunya tidak dibayangkan hanya oleh otak yang kemampuannya sanat terbatas.
D.    Menemukan pola
Srategi ini berkait dengan pencarian keteraturan-keteraturan. Keteraturan tersebut akan memudahkan kita menemukan penyelesainnya.
E.     Memecah tujuan
Srategi ini berkait dengan pemecahan tujuan umum yang hendak kita capai menjadi satu atau beberapa tujuan bagian. Tujuan bagian ini dapat digunakan sebagai batu loncatan untuk mencapai tujuan yang sesungguhnya.






F.      Memperhitungkan setiap kemungkinan
Strategi ini berkait dengan penggunaan aturan-aturan yang dibuat sendiri oleh sipelaku selama proses pemecahan masalah sehingga tidak akan ada satupun alternatif yang terabaikan.
G.    Berfikir logis
Strategi ini berkaitan dengan penggunaan penalaran maupun penarikan kesimpulan yang sah atau valid dari berbagai informasi atau data yang ada.
H.    Bergerak dari belakang
Dengan strategi ini, kita mulai dengan menganalisis bagaimaan cara mendapatkan tujuan yang hendak di capai. Dengan strategi ini, kita bergerak dari yang diinginkan lalu menyesuaikan dengan yang diketahui.
I.       Mengabaikan hal yang tidak mungkin
Dari berbagai alternatif yang ada, alternatif yang sudah jelas-jelas tidak mungkin agar dicoret/diabaikan sehingga perhatian dapat tercurah sepenuhnya untuk hal-hal yang tersisa dan masih mungkin saja.
J.       Mencoba-coba
Strategi ini biasanya digunakan untuk mendapatkan gambaran umum pemecahan masalahnya dengan mencoba-coba dari yang diketahui.

II.5 Tujuan Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar 
       Secara umum, tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasra adalah agar siswa mampu dan terampil menggunakan matematika. Selain itu juga, dengan pembelajaran matematika dapat memberikan tekanan penataran nalar dalam penerapan matematika. Menurut Depdiknas (2001:9), kompetensi atau kemampuan umum pembelajaran matematika di sekolah dasar, sebagai berikut:
1.      Melakukan operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian beserta operasi campurannya, termasuk yang melibatkan pecahan.
2.      Menentukan sifat dan unsur berbagai bangun datar dan bangun ruang sederhana, termasuk penggunaan sudut, keliling, luas, dan volume.
3.      Menentukan sifat simetri, kesebangunan, dan sistem koordinat.
4.      Menggunakan pengukuran : satuan, kesetaraan antarsatuan, dan penaksiran pengukuran.
5.      Menentukan dan menafsirkan data sederhan, seperti: ukuran, tertinggi, terendah, rata-rata, modus, mengumpulkan, dan menyajikannya.



6.      Memecahkan masalah, melakukan penalaran, dan mengomunikasikan gagasan secara matematika.

Secara khusus, tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar, sebagaimana yang disajikan oleh Depdiknas, sebagai berikut:

1.      Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritme.
2.      Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3.      Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4.      Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel,diagram, atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah.
5.      Memiliki sifat menghargai penggunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari.

        Untuk mencapai tujuan pembelajaran mata pelajaran matematika tersebut, seorang guru hendaknya dapat menciptakan kondisi atau situasi pembelajaran yang menungkinkan siswa aktif membentuk, menemukan, dan mengembangkan pengetahuannya. Kemudian siwa dapat membentuk makna dari bahan-bahan pelajaran melalui suatu proses belajar dan mengkonstruksikannya dalam ingatan yang sewaktu-waktu dapat di proses dan dapat dikembangkan lebih lanjut. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Jean Piage, bahwa pengentahuan atau pemahaman siswa itu ditemukan, di bentuk, dikembangkan oleh siswa itu sendiri.














DAFTAR PUSTAKA

Muhsetyo, Gatot.2011 Pembelajaran Matematika di SD. Jakarta: Universitas Terbuka

Roestiyah. 2001. Strategi Mengajar. Jakarta: Rineka cipta

Susanto, Ahmad. 2014. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Prenadamedia Group



Tidak ada komentar:

Posting Komentar