BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia (SDM) dalam menjamin keberlangsungan pembangunan
suatu bangsa. Peningkatan kualitas SDM jauh lebih mendesak unruk segera direalisasikan
terutama dalam menghadapi era persaingan global. Oleh karena itu, peningkatan
kualitas SDM sejak dini merupakan hal penting yang harus dipikirkan secara
sungguh-sungguh.
Jika pendidikan merupakan salah satu instrumen utama
pengembangan SDM, tenaga pendidik yaitu seorang guru sebagai salah satu unsur
yang berperan penting di dalamnya, memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan
tugas dan mengatasi segala permasalahan yang muncul. Guru merupakan komponen
yang sangat menentukan dalam implementasi proses pembelajaran di dalam kelas
sebagai unsur mikro dari suatu keberhasilan.
Tentu saja keberhasilan implementasi suatu
strategi pembelajaran didalam kelas tergantung pada kepiawaian guru dalam
menggunakan metode, teknik, dan strategi pembelajaran tersebut. Tetapi, banyak
sekali yang kite temui banyak pelaksana pembelajaran masih kurang variatif,
proses pembelajaran memiliki kecenderungan pada metode tertentu (konvensional),
dan tidak memperhatikan tingkat pemahaman siswa terhadap informasi yang
disampaikan. Siswa kurang aktifdalam proses belajar, siswa lebih banyak
mendengar dan menulis, menyebabkan isi pelajaran sebagai hafalan sehingga siswa
tidak memahami konsep yang sebenarnya. Sejauh ini pendidikna kita masih
didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang
harus di hafal. Kelas masih terfokus pada guru sebagai sumber utama
pengetahuan.
Selain
tentang proses pembelajaran yang belum baik dan benar yang dihadapi dalam dunia pendidikan, seorang
guru belim mengetahui tentang teori-teori belajar salah satunya dari pelajaran
matematika . Mengapa dengan matematika? Sebab matematika merupakan salah satu
bidang studi yang ada pada setiap jenjang pendidikan, mulai dari tinggakt
sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Bahkan matematika diajarkan ditaman
kanak-kanak secara informal.
Bidang
studi matematika merupakan salah satu komponen pendidikan dasar dalam
bidang-bidang pengajaran. Bidang studi matematika ini diperlukan untuk proses
perhitungan dan proses berfikir yang sanagat di butuhkan orang dalam
menyelesaikan berbagai masalah.
I.2 Rumusan Permasalahan
Dari pemaparan latar belakang tersebut, maka
kami menentukan rumusan permasalahan sebagai berikut :
1.
Apakah definisi belajar ?
2.
Bagaimana teori-teori belajar matematika ?
3.
Apakah definisi matematika ?
4.
Bagaimana teknik pembelajaran matematika ?
5.
Apa tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar ?
I.3 Tujuan Permasalahan
1.
Untuk mengetahui tentang definisi belajar
2.
Untuk mengetahui tentang teori-teori belajar matematika
3.
Untuk mengetahui tentang definisi matematika
4.
Untuk mengetahui tentang teknik pembelajaran matematika
5.
Untuk mengetahui tentang tujuan pembelajaran matematika
di sekolah dasar
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Definisi Belajar
Kata atau istilah belajar bukanlah sesuatu yang baru,
sudah sangat dikenal secara luas, namun dalam pembahasan belajar ini
masing-masing ahli memiliki pemahaman dan definisi yang berbeda-beda, walaupun
secara praktis masing-masing kita suda sangat memahami apa yang dimaksud
belajar tersebut. Oleh karena itu, untuk menghindari pemahaman yang beragam
tersebut, berikut akan dikemukakan berbagai definisi belajar menurut para ahli.
Menurut R. Gagne (1989), belajar dapat didefinisikan
sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat
pengalaman. Belajar dan mengajar merupakandua konsep yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Dua konsep ini menjadi terpadu dalam satu kegiatan
dimana terjadi interaksi antara guru dan
siswa, serta siswa pada saat pembelajaran berlangsung.
Bagi Gagne, belajar dimaknai sebagai suatu proses unruk
memperoleh nmotivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah
laku. Selain itu, Gagne juga menekankan bahwa belajar sebagai upaya memperoleh
pengetahuan atau keterampilan melalui intruksi. Intruksi yang dimaksud adalah
perintah aray arahan dan bimbingan dari seorang pendidik atau guru.
Selanjutnya, Gagne dalam teorinya yang disebut The domains of learning, menyimpulkan bahwa segala sesuatu yanh
dipelajari oleh manusia dapat dibagi menjadi 5 kategori, yaitu:
1. Keterampilan motoris(motor skill); adalah
keterampilan yang diperlihatkan dari berbagai gerakan badan,misalnya menulis,
menendang bola, bertepuk tangan, berlari, dan meloncat.
2. Informasi verbal; informasi ini sangat
dipengaruhi oleh kemampuan otak atau inteligensi seseorang, misalnya seseorang
dapat memahami sesuatu dengan berbicara, menulis, menggambar, dan sebagainya
yang berupa simbol yang tampak (verbal).
3. Kemampuan intelektual ; selain menggunakan
simbol verba, manusia juga mampu melakukan interaksi dengan dunia luar melalui
kemampuan intelektualnya, misalnya mampu membedakan warna, bentuk, dan ukuran.
4. Strategi kognitif ; Gagne menyebutnya sebagai
organisasi keterampilan yang internal (internal organizet skill), yang sangat
diperlukan untuk belajar mengingat dan berfikir. Kemampuan kognitif ini lebih
ditujukan kedunia luar, dan tidak dapat di pelajari dengan sekali saja
memerlukan perbaikan dan latihan terus menerus yang serius.
5. Sikap (attitude) ; su=ikap merupakan faktor
penting dalam belajar; karena tanpa kemampuan ini belajar tak akan berhasil
degan baik. Sikap seseorang dalam belajar akan sangat memengaruhi hasil yang
diperoleh dari belajar tersebut. Sikap akan sangat tergantung pada pendirian ,
kepribadian, dan keyakinannya, tidak dapat dipelajari atau dipaksakan, tetapi
perlu kesadaran diri yang penuh.
Adapun menurut
Burton dalam Usman dan Setiawati (1993:4), belajar dapat diartikan sebagai
perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara
individu dengan individu lain dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka
lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Sementara menurut E.R Hilgard
(1962), belajar adalah suaru perubahan kegiatan reaksi terhadap lingkungan.
Perubahan kegiatan yang dimaksud mencakup pengetahuan, kecakapan, tingkah laku,
dan ini diperoleh melalui latihan (pengalaman). Hilgard menegaskan bahwa
belajar merupakan proses mencari ilmu yang terjadi dalam diri seseorang melalui
latihan, pembiasaan, pengalaman, dan sebagainya.
Kingsley membagi
hasil belajar menjadi tiga macam, yaitu : (1) keterampilan dan kebiasaan ; (2)
pengetahuan dan pengertian ; dan (3) sikap dan cita-cita . Sedangkan Djamarah
dan Zain (2002:120) menetapkan bahwa hasil belajar telah tercapai apabila telah
terpenuhi dua indikator berikut, yaitu:
1. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang
diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual ataupun kelompok.
2. Perilaku yang digariskan daam tujusn
pengajaran / intruksional khusus telah dicapai oleh siswa baik individu maupun
kelompok.
Dari beberapa
pengertian belajar diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah suatu
aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh
suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru seningga memungkinkan seseorang
terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berfikir, merasa,
maupun dalam bertindak.
II.2 Teori- teori Belajar Matematika
Sebagai seorang guru matematika yang profesional dan
kompeten mempunyai landasan yang dapat di pakai dalam perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran matematika. Wawasan itu berupa dasar-dasar teori
belajar yang dapat diterapkan untuk pengembangan dan atau perbaikan
pembelajaran matematika.
1. Teori Thorndike
Sebelum tahun lima-puluhan, kurikulum matematika sekolah
dasar dipengaruhi oleh teori Thorndike, ditandai terutama dengan pengembangan
keterampilan komputasional bilnagan cacah, pecahan, dan demisal. Teori
Thorndike disebut teori penyerapan, yaitu teori yang memangdang peserta didik
sebagai selembar kertas putih, penerima pengetahuan yang siap menerima
pengetahuan secara pasif. Menurut Thorndike (1924), belajar dikatakan sebagai
berikut: “learning in essentially the formation of connections or bonds between situation
and responses ... and that habit rules in the realm of thought as truly and as
fully in the realm of action”.
Pandangan belajar seperti ini mempunyai dampak terhadap
pandangan mengajar. Mengajar dipandang sebagai perencanaan dari urutan bahan pelajaran
yang di susun dengan cermat, mengkomunikasikan bahan kepada peserta didik, dan
membawa mereka untuk praktik menggunakan konsep atau prosedur baru. Konsep dan
prosedur baru iru akan semakin mantap jika makin banyak praktik (latihan)
dilakukan. Keterampilan dan konsep baru sekedar ditambahkan terus-menerus,
tidak dikait-kaitkan atau diintegrasikan satu sama lain.
Kekuatan hubungan stimulus dan respon mewarnai
matematiak di sekolah dasar, misalnya stimulus 7+8 = yang mempunyai respon 15,
yang banyak digunakan untuk membawa peserta didik terampil komputasi. Pada
prinsipnya teori Thorndike menekankan banyak memberi praktik dan latihan (dril
& practice) kepada peserta didik agar konsep dan prosedur dapat mereka
kuasai dengan baik.
2. Teori Ausubel
Teori makna (meaning theory) dari Ausubel
(Brownell dan Chazal) mengemukakan pentingnya pembelajaran bermakna dalam
mengajar matematika. Kebermaknaan pembelajaran akan membuat kegiataan belajar
lebih menarik, lebih bermanfaat, dan lebih menantang, sehingga konsep dan
prosedur matematika akan lebih mudah dipahami dan lebih tahan lama diingat oleh
peserta didik. Kebermaknaan yang dimaksud dapat berupa struktur matematika yang
lebih ditonjolkan untuk memudahkan pemahaman (understanding). Wujud lain
kebermaknaan adalah pernyataan konsep-konsep dalam bentuk bagan, diagram atau
peta, yang mana tampak keterkaitan diantara konsep-konsep yang diberikan. Teori
ini juga disebut teori holistik karena mempunyai pandangan pentingnya
keseluruhan dalam mempelajari bagian-bagian. Bagan atau peta keterkaitan dapat
bersifat hierarkis atau bersifat menyebar (distributif), sebagai bentuk lain
dari rangkuman, ringkasan atau ikhtisar.
3. Teori Jean
Piaget
Teori perkembangan intelektual dari Jean Piaget menyatakan
bahwa kemampuan intelektual anak berkembang secara bertingkat atau bertahap
yaitu : (a) sensori motor (0-2 tahun), (b) pra-operasional (2-7 tahun ), (c)
operasional konkret (7-11 tahun), dan (d) operasional _> 11 tahun. Teori ini
merekomendasikan perlunya mengamati tingkatan perkembanagn intelektual anak
sebelum suatu bahan pelajaran matematika diberikan terutama untuk menyesuaikan
“keabstrakan” bahan matematika dengan kemampuan berfikir abstrak anak pada saat
itu. Teori Piaget juga menyatakan bahwa setiap makhluk hidup mempunyai
kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan situasi sekitar atau lingkungan.
Keadaan memberikan petunjuk bahwa orang
selalu belajar untuk mencari tahu dan memperoleh pengetahuan, dan setiap
orang berusaha untuk membangun sendiri pengetahuan yang diperolehnya. Pendapat
Piaget ini melandasi penerapan aliran konstruktivisme dalam pelaksanaa
pembelajaran matematiak, dan memposisikan peran guru sebagai fasilitator dan
motivator agar peserta didik mempunyai kesempatan untuk membangun sendiri
pengetahuan mereka.
4. Teori Vygotsky
Teori Vygotsky berusaha mengembangkan model
konstruktivistik belajar mandiri dari Piaget menjadi belajar kelompok. Dalam
membangun sendiri pengetahuannya, peserta didik dapat memperoleh pengetahuan
melalui kegiatan yang beranekaragan
dengan gurur sebagai fasilitator. Kegiatan itu dapat berupa diskusi
kelompok kecil, diskusi kelas, mengerjakan tugas kelompok, tugas mengerjakan ke
depan kelas 2-3 orang dalam waktu yang sama dan untuk soal yang sama (sebagai
bahan pembicaraan/diskusi kelas) tugas menulis (karya tulis, karangan), tugas
bersama membuat laporan kegiatan pengamatan atau kajian matematika. Dengan
kegiatan yang beragam, peserta didik akan membangun pengetahuannya sendiri
melalui membaca, diskusi, tanta jawab, kerja kelompok, pengamatan, pencacatan,
pengerjaan, dan presentasi.
5. Teori Jerome
Bruner
Teori Bruner berkaitan dengan perkembangan mental, yaitu kemampuan mental
anak berkembang secara bertahap mulai dari sederhana ke yang rumit, mulai dari
yang mudah ke yang sulit, dan mulai dari yang nyata atau konkret ke yang
abstrak. Urutan tersebut dapat membantu peserta didik untuk mengikuti pelajaran
dengan lebih mudah. Urutan bahan yag dirancang biasanya juga terkait usia atau
umur anak.
Secara lebih
jelas Bruner menyebut tiga tingkatan yang perlu diperhatikan dalam
mengakomodasikan keadaan peserta didik, yaitu :
1. Enactive (manipulasi objek langsung)
2. Iconic (manipulasi objek tidak langsung )
3. Symbolic (manipulasi simbol)
Penggunaan berbagai objek, dalam berbagai
bentuk dilakukan setelah melalui pengamatan yang teliti bahwa memang benar
objek itu yang diperlukan. Sebagai contoh bagi anak SD kelas 1, tentu mereka
dalam situasi enactive, artinya matematika lebih banyak diajarkan dengan
manipulasi objek langsung dengan memanfaatkan krikil, kereleng, manik-manik,
potongan kertas, bola, kotak, karet, dan sebagainya, dan dihindari penggunaan
langsung simbol-simbol huruf dan lambang-lambang operasi yang berlebihan.
II.3 Definisi Matematika
Penyelenggaraan pendidikan pada jenjang
sekolah dasar bertujuan memberikan bekal kepada siswa untuk hidup bermasyarakat
dan dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, maka tujuan
pembelajaran matematika di sekolah dimaksudkan agar siswa tidak hanya terampil
menggunakan matematika, tetapi dapat memberikan bekal kepada siswa dengan
tekanan penataan nalar dalam penerapan matematika dalam kehidupan sehari-hari
di tengah-tengah masyarakat dimana ia tinggal.
Matematika merupakan salah satu bidang studi
yang ada pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar hungga
perguruan tinggi. Bahkan matematika diajarkan di taman kanak-kanak secara
informal.
Belajar matematika merupakan suatu syarat
cukup untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Karena dengan belajar
matematika, kita akan belajar bernalar secara kritis, kreatif, dan aktif.
Matematika merupakan ide-ide abstrak yang berisi simbol-simbol, maka
konsep-konsep matematika harus dipahami terlebih dahulu sebelum memanipulasi
simbol-simbol itu.
Pada usia siswa sekolah dasar (7-8 tahun
hingga 12-13 tahun), menurut teori kognitif Piaget termasuk pada tahap
operasional konkret. Berdasarkan perkembangan kognitif ini, maka anak usia
sekolah dasar pada umumnya mengalami kesulitan dalam memahami matematika yang
bersifat abstrak. Karena keabstrakannya matematika relatif tidak mudah untuk
dipahami oleh siswa sekolah dasar pada umumnya.
Bidang studi matematika merupakan salah satu
komponen pendidikan dasar dalam bidang-bidang pengajaran. Bidang studi
matematika ini diperlukan untuk proses perhitungan dan proses berfikir yang
sangat dibutuhkan orang dalam menyelesaikan berbagai masalah.
Kata matematika berasal dari bahasa Latin, manthanein
atau mathema yang berasal “belajar atau hal yang dipelajari”, sedang
dalam bahasa Belanda, matematika disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang
kesemuanya berkaitan dengan penalaran (Depdiknas, 2001:7). Matematika memiliki
bahasa dan aturan yang terdefinisi dengan baik, penalaran yang jelas dan
sistematis, dan struktur atau keterkaitan antarkonsep yang kuat. Unsur utama
pekerjaan matematika adalah penalaran deduktif yang bekerja atas dasar
asumsi(kebenaran konsistensi). Selain itu, matematika juga bekerja melalui
penalaran induktif yang didasarkan fakta dan gejala yang muncul untuk sampai
pada perkiraan tertentu. Tetapi perkiraan ini, tetap harus dibuktikan secara
deduktif, dengan argumen yang konsisten.
II.4 Teknik Pembelajaran Matematika
Pembelajaran matematika adalah suatu proses
belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas
berfikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan
baru sebagai upaya meningkatkan penguasa yang baik terhadap materi matematika.
Teknik pembelajaran ialah cara yang dilakukna
seseorangdalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misal: metode
ceramah pada kelas dengan jumlah siswa relatif secara teknis tentunya berbeda
dengan metode ceramah yang dilakukan dalam kelas dengan jumlah siswa yang
sedikit.
Peningkatan optimalisasinya komunikasi antara
lain dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam menguasai berbagai teknik dalam
pembelajaran yang menyatu dalam setiap metode. Berikut ini diuraikan beberapa
teknik untuk mengingkatkan efektifitas pembelajaran.
·
TEKNIK MENJELASKAN
Menjelaskan merupakan salah satu bagian
penting dalam proses kegiatan
belajar mengajar. Karena itu teknik ini sangat
perlu dikuasai guru, namun dengan guru senantiasa membatasi diri agar tidak
terjebak ke ceramah murniyang menghilangkan perasaan siswa kecuali hanya
mendengarkan atau bahkan hanya mendengar yang dikemukakan guru. Beberapa hal
yang penting adalah :
1. Gunakan bahasa yang sederhana, jelas, dan
mudah dimengerti serta komunikatif
2. Ucapan hendaknya terdengar dengan jelas, lengkap, tertentu, dan dengan intonasi
yang tepat
3. Bahan disiapkan dengan sistematis mengarah ke
tujuan
4. Penampilan hendaknya menarik, diselangi,
dengan geraka dan humor sehat
5. Adakan variasi atau selingan dengan metode
lain, misalnya tanya jawab, menggunakan alat bantu seperti lembar peraga
(chart)
Dalam beberapa hal, menjelaskan sesuatu yang “menimbulkan
pertanyaan” perlu dilakukan guru. Ini merupakan salah satu cara agar siswa siap
mengembangkan diri melalui suatu jalan tembus yang dibaut guru tersebut.
Teknik Bertanya
Ada
pepatah dalam pengajaran: “Questioning is the heart of the teaching”, artinya
“Pertanyaan adalah jantungnya pengajaran”. Kalau demikian, pengajaran tanpa
bertanya, adalah pengajaran yang gersang. Untuk menggunakan tanya-jawab, perlu
diketahui tujuan mengajukan pertanyaan , jenis dan tingkat pertanyaan, serta
teknik mengajukan pertanyaan.
Tujuan mengajukan pertanyaan antara lain untuk
:
1) Memotivasi siswa
2) Menyegarkan apresiasi siswa
3) Memulai diskusi
4) Mendorong siswa agar berfikir
5) Mengarahkan perhatian siswa
6) Menggalakkan penyeledikan
7) Mendiagnosis/memeriksa tanggapan siswa
8) Menarik perhatian siswa
9) Mengundang pertanyaan siswa
Jenis dan Tingkat Pertanyaan
Ditinjau
dari jawabannya, pertanyaan dibedakan atas pertanyaan tertutup (bersifat
konvergen) dan pertanyaan terbuka (bersifat divergen). Pertanyaan tertutup
adalah pertanyaan yang jawabannya tertentu. Pertanyaan terbuka diharapkan lebih
banyak dikembangkan.
Ditinjau
dari jenjang kemampuan, pertanyaan dibedakan atas pertanyaan tingkat rendah dan
pertanyaan tingkat tinggi. Pertanyaan tingkat rendah adalah pertanyaan yang
hanya mengukur ingatan saja. Pertanyaan tingkat tinggi adalah pertanyaan yang
setidak-tidaknya menurut pemahaman atau pemikiran siswa dan inilah yang
diharapkan lebih dikembangkan.
Diskusi
Ada
diskusi kelas yang dipimpin oleh guru atau salah seorang siswa; ada diskusi
kelompok pasangan (dua anggota), diskusi kelompok (3-6 orang) dan ada diskusi
dinamika kelompok yaitu, mulai dari 2 orang, kemudian setiap 2 kelompok dari 4
orang itu bergabung lagi menjadi 8 orang. Pada setiap diskusi hendaknya
diakhiri dengan pelaporan hasil diskusi dengan sidsng pleno.
Teknik
diskusi perlu dikembangkan sebagai salah satu bentuk kegiatan yang menunjang
pada keterampilan hidup (life skill) yang berkaitan dengan kemapuan umum yang
harus dimiliki setiap warga masyarakat, karena life skill di SD memang lebih
terfokus pada pengembangan kemampuan siswa untuk bersosialisasi, berinteraksi
sosial dan keterampilan-keterampilan hidup lainnya dalam masyarakat.
Beberapa Strategi yang Sering Digunakan
Pada
saat memecahkan masalah, ada beberapa cara atau langkah yang sering digunakan.
Cara yang sering digunakan orang dan sering berhasil pada
proses pemecahan masalah inilah yang disebut dengan
strategi pemecahan masalah. Setiap manusia akan menemui masalah. Karenanya,
srategi ini akan sangat bermanfaat jika dipelajari para siswa agar dapat
dignakan dalam kehidupan nyata mereka.
PEMECAHAN MASALAH
Sebagian
besar ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah merupakan pertanyaan
yang harus dijawab atau direspon. Mereka menyatakan juga bahwa tidak semua
pertanyaan otomatis akan menjadi masalah. Suatu pertanyaan akan menjadi masalah
hanya jika pertanyaan itu menunjukan adanya suatu tantangan yang tidak dapat
dipecahkan oleh suatu prosedur rutin yang sudah diketahui si pelaku.
Beberapa strategi yang sering digunakan adalah:
A.
Membuat diagram
Strategi ini berkait dengan pembuatan sket
atau gambar corat-coret mempermudah memahami masalahnya dan mempermudah
mendapatkan gambaran umum penyelesainnya.
B.
Mencobakan pada soal yang lebih sederhana
Strategi ini berkait dengan penggunaan contoh
khusus tertentu pada masalah tersebut agar lebih mudah dipelajari, sehingga
gambaran umum penyelesaian yang sebenarnya dapat ditemukan.
C.
Membuat tabel
Strategi ini digunakan untuk membantu
menganalisis permasalahan atau jalan pikiran kita, sehingga segala sesuatunya
tidak dibayangkan hanya oleh otak yang kemampuannya sanat terbatas.
D.
Menemukan pola
Srategi ini berkait dengan pencarian
keteraturan-keteraturan. Keteraturan tersebut akan memudahkan kita menemukan
penyelesainnya.
E.
Memecah tujuan
Srategi ini berkait dengan pemecahan tujuan
umum yang hendak kita capai menjadi satu atau beberapa tujuan bagian. Tujuan
bagian ini dapat digunakan sebagai batu loncatan untuk mencapai tujuan yang
sesungguhnya.
F.
Memperhitungkan setiap kemungkinan
Strategi ini berkait dengan penggunaan
aturan-aturan yang dibuat sendiri oleh sipelaku selama proses pemecahan masalah
sehingga tidak akan ada satupun alternatif yang terabaikan.
G.
Berfikir logis
Strategi ini berkaitan dengan penggunaan
penalaran maupun penarikan kesimpulan yang sah atau valid dari berbagai
informasi atau data yang ada.
H.
Bergerak dari belakang
Dengan strategi ini, kita mulai dengan
menganalisis bagaimaan cara mendapatkan tujuan yang hendak di capai. Dengan
strategi ini, kita bergerak dari yang diinginkan lalu menyesuaikan dengan yang
diketahui.
I.
Mengabaikan hal yang tidak mungkin
Dari berbagai alternatif yang ada, alternatif
yang sudah jelas-jelas tidak mungkin agar dicoret/diabaikan sehingga perhatian
dapat tercurah sepenuhnya untuk hal-hal yang tersisa dan masih mungkin saja.
J.
Mencoba-coba
Strategi ini biasanya digunakan untuk
mendapatkan gambaran umum pemecahan masalahnya dengan mencoba-coba dari yang
diketahui.
II.5 Tujuan
Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar
Secara umum, tujuan
pembelajaran matematika di sekolah dasra adalah agar siswa mampu dan terampil
menggunakan matematika. Selain itu juga, dengan pembelajaran matematika dapat
memberikan tekanan penataran nalar dalam penerapan matematika. Menurut
Depdiknas (2001:9), kompetensi atau kemampuan umum pembelajaran matematika di
sekolah dasar, sebagai berikut:
1. Melakukan operasi hitung penjumlahan,
pengurangan, perkalian, pembagian beserta operasi campurannya, termasuk yang
melibatkan pecahan.
2. Menentukan sifat dan unsur berbagai bangun
datar dan bangun ruang sederhana, termasuk penggunaan sudut, keliling, luas,
dan volume.
3. Menentukan sifat simetri, kesebangunan, dan
sistem koordinat.
4. Menggunakan pengukuran : satuan, kesetaraan
antarsatuan, dan penaksiran pengukuran.
5. Menentukan dan menafsirkan data sederhan,
seperti: ukuran, tertinggi, terendah, rata-rata, modus, mengumpulkan, dan
menyajikannya.
6. Memecahkan masalah, melakukan penalaran, dan
mengomunikasikan gagasan secara matematika.
Secara khusus, tujuan pembelajaran matematika di sekolah
dasar, sebagaimana yang disajikan oleh Depdiknas, sebagai berikut:
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan
keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritme.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat,
melakukan manipulasi matematika dalam generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan
memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan
menafsirkan solusi yang diperoleh.
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol,
tabel,diagram, atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah.
5. Memiliki sifat menghargai penggunaan
matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk
mencapai tujuan pembelajaran mata pelajaran matematika tersebut, seorang guru
hendaknya dapat menciptakan kondisi atau situasi pembelajaran yang menungkinkan
siswa aktif membentuk, menemukan, dan mengembangkan pengetahuannya. Kemudian
siwa dapat membentuk makna dari bahan-bahan pelajaran melalui suatu proses
belajar dan mengkonstruksikannya dalam ingatan yang sewaktu-waktu dapat di
proses dan dapat dikembangkan lebih lanjut. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh
Jean Piage, bahwa pengentahuan atau pemahaman siswa itu ditemukan, di bentuk,
dikembangkan oleh siswa itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Muhsetyo, Gatot.2011 Pembelajaran Matematika di SD. Jakarta:
Universitas Terbuka
Roestiyah. 2001. Strategi Mengajar. Jakarta: Rineka cipta
Susanto, Ahmad. 2014. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Prenadamedia Group
Tidak ada komentar:
Posting Komentar