Rabu, 26 Oktober 2016

Masa Depan dan Tantantangan Ilmuwan


Permulaan ilmu dapat telusuri pada permulaan manusia. Ilmu merupakan sebagian pengetahuan yang mempunyai ciri, tanda, syarat tertentu, yaitu sistematik, rasional, empiris, universal, objektif, dapat diukur, terbuka, dan kumulatif (bersusun timbun). Mulyadhi Kartanegara dalam Amsal Bahtiar (2004: 16) berpendapat bahwa objek ilmu tidak mesti selalu empiris karena realitas itu tidak hanya yang empiris bahkan yang tidak empiris lebih luas dan dalam dibandingkan dengan yang empiris.

Proses terbentuknya ilmu terjadi secara berkesinambungan. Maka seiring dengan berkembangnya zaman, makin berkembanglah ilmu-ilmu pengetahuan yang ada. Kemajuan pesat ilmu pengetahuan yang dicapai manusia pada ujung pertengahan kedua abad ke-20, memungkinkan arus informasi menjadi serba cepat tanpa mengenal batas jarak dan waktu, negara, ras, kelas ekonomi, ideologi atau faktor lainnya yang dapat menghambat bertukar pikiran.  Ilmu-ilmu pada perkembangannya kemudian menjadi lebih terspesialisasi dalam bentuk yang lebih kecil dan sekaligus semakin aplikatif dan terasa manfaatnya bagi kehidupan.

Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan terhadap pola kemasyarakatan alienasi adalah suatu kondisi psikologis seorang individu yang dinafasi oleh kesadaran semu (tentang misteri keabadian termasuk Tuhan), keberadaan, dan dirinya sendiri sebagai individu serta komunitas. Pada perkembangannya, ilmu selalu akan membawa dampak positif maupun negatif bagi manusia dan kehidupannya. Dapat dikatakan bahwa satu sisi ilmu pengetahuan berkembang dengan pesat, di sisi lain, timbul kekhawatiran yang sangat besar terhadap perkembangan ilmu itu karena tidak ada seorang pun atau lembaga yang memiliki otoritas untuk menghambat implikasi negatif dari ilmu. Keseimbangan moral maupun agama sangat perlu untuk dipertahankan.

Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin pesat dan cenderung meniru budaya barat bisa jadi menciptakan sebuah alienasi budaya. Orang merasa asing dengan budayanya sendiri. Kemajuan-kemajuan memungkinkan banyaknya pilihan (multiple options) dan membuka kesempatan tumbuhnya materialisme dan rasionalisme dengan luar biasa. Tuntutan hidup begitu tinggi. Kemakmuran yang dicapai tidak terkendali, gaya hidup menjadi konsumtif dan hedonistik. Manusia pribadi yang menjadi begitu sibuk untuk mempertahankan hidup menyuburkan sosok individualistik. Yang tersisa hanya wajah kehidupan tidak manusiawi dimana bahaya masa depan ialah manusia menjadi robot karena terjadi alienasi diri. Ini merupakan pengaruh negatif dari kemajuan ilmu jika tidak didasari dengan akhlak, norma, moral dan landasan agama yang ada.

Manusia dengan alam pikirannya selalu melahirkan inovasi baru yang pada akhirnya memberikan efek saling tular serta membentuk sikap tertentu pada lingkungannya. Fenomena ini akan membawa kita kepada masadepan manusia yang berbeda dan lebih kompleks. Prediksi pada ilmuan Barat yang menyatakan bahwa agama formal (organized religion) akan lenyap, atau setidaknya akan menjadi urusan pribadi, ketika iptekdan filsafat semakin berkembang, ternyata tidak terbukti. Sebaliknya, dewasa ini sedang terjadi prosesartikulasi peran agama (formal) dalam berbagai jalur sosial, politik, ekonomi, bahkan dalam teknologi.

Dalam masa depan keilmuan diperlukan peran ilmuan dalam menghadapi tantangan ilmu dan perkembangannya. Manusia yang berpikir filsafati, diharapkan bisa memahami filosofi kehidupan, mendalami unsur-unsur pokok dari ilmu yang ditekuninya secara menyeluruh sehingga lebih arif dalam memahami sumber, hakikat dan tujuan dari ilmu yang ditekuninya, termasuk pemanfaatannya bagi masyarakat. Oleh karena itu, kita perlu untuk memahami seberapa besar pengaruh ilmu maupun teknologi yang ada di kehidupan.

Gambaran Perkembangan Ilmu di Masa Depan
Kemajuan ilmu dan teknologi yang semula bertujuan untuk mempermudah pekerjaan manusia, namun pada kenyataannya teknologi juga menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan manusia. Saat ini, ilmu pengetahuan sudah merambah ke segala jenis cakupan, mulai ilmu tentang bumi, angkasa dan masih banyak lagi segala sumber untuk memperkaya pengetahuan manusia. Jika dipandang dari ilmu filsafat maka ilomu tersebut terbentuk dari pemikiran manusia tentang dirinya dan sekitarnya serta berusaha untuk berpikir sejauh mungkin. Keilmuan yang tak mengenal batas memang memungkinkan manusia melakuan banyak hal di bumi ini.

Memang tak bisa dipungkiri bahwa ada orang-orang cerdas yang menyalahgunakan ilmu yang dimilikinya. Apabila manusia tidak mampu mengimbangi pengetahuan tersebut, maka akan banyak sekali dampak negative yang akan ditibulkan. Ilmu pengetahuan seharusnya digunakan untuk meringankan beban hidup manusia atau untuk membuat manusia dalam melakukan sesuau. Karena dari lmu pengetahuan itulah yang nantinya akan melahirkan teknologi.

Teknologi jelas sangat dibutuhkan oleh manusia untuk mengatasi berbagai masalah, yang ada di kehidupan. Ilmu pengetahuan sebagai alat untuk meningkatkan kebudayaan dan kemajuan bagi umat manusia secara keseluruan. Dalam perkembangannya, ilmu pengetahuan telah menjadi suatu sistem yang kompleks, dan manusia terperangkap didalamnya. Sulit dibayangkan manusia bisa hidup layak tanpa ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan tidak lagi membebaskan manusia, tetapi manusia menjadi terperangkap dalam sistem ilmu pengetahuan. Manusia telah menjadi bagian dari sistemnya, manusia juga menjadi objeknya dan bahkan menjadi kelinci percobaan ilmu pengetahuan.

Ilmu pengetahuan telah melahirkan hal baru yang sistemik, mempunyai mekanisme yang kadangkala tidak bisa dikontrol oleh manusianya sendiri. Suatu mekanisme sistemik yang semakin hari semakin kuat, semakin besar dan kompleks. Teknologi telah menjadi suatu dunia baru di atas dunia yang ada ini.

Perkiraan Masyarakat Masa Depan

Pendidikan selalu berlangsung dalam suatu latar kemasyarakatan dan kebudayaan tertentu. Demikian pula di Indonesia pendidikan nasional dilaksanakan berdasarkan latar kemasyarakatan dan kebudayaan Indonesia. Landasan sosio-kultural merupakan salah satu dasar utama dalam menentukan arah kepada program-program pendidikan baik program pendidikan sekolah maupun program pendidikan luar sekolah.

Dari sisi lain pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam pelestarian dan pengembangan kebudayaan setiap masyarakat. Di dalam UU no 2 Tahun 1989 tentang sistim pendidikan nasional dinyatakan bahwa “dalam kehidupan suatu bangsa pendidikan mempunyai peranan yang amat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan bangsa yang bersangkutan.” Melalui upaya pendidikan kebudayaan di wariskan dan di pelihara oleh setiap generasi bangsa. Berkaitan dengan hal itu, upaya pendidikan di arahkan pula untuk mengembangkan kebudayaan itu. Kebudayaan adalah “ keseluruhan gagasan dan karya manusia, yang harus dibiasakan dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu (koentjaraninggrat, 1974: 19). Kebudayaan itu dapat berwujud:
  1. Ideal, yakni ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.
  2. Kelakuan, yakni kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat.
  3. Fisik, yakni benda-benda hasil karya manusia, (Koentjaraningrat 1974: 15-22).
Kajian masyarakat masa depan itu semakin penting jika diingat bahwa pendidikan selalu merupakan penyiapan peserta didik bagi peranan di masa yang akan datang. Dengan demikian, pendidikan seharusnya selalu mengantisipasi keadaan masyarakat masa depan. Beberapa karateristik umum yang dapat dijadikan petunjuk sebagai ciri masyarakat di masa depan yaitu:
  1. Kecenderungan Globalisasi yang Makin Kuat.
Istilah globalisasi (asal kata: global yang berararti secara umumnya, utuhnya, kebulatannya) bermakna bumi sebagai satu keutuhan seakan akan tanpa tapal batas administrasi negara, dunia menjadi amat tarnsparan, serta saling ketergantungan antar bangsa didunia semakin besar; dengan kata lain: “menjadikan dunia sebagai satu keutuhan, satu kesatuan.” Menurut Emil Salim (1990; 8-9).
Terdapat empat bidang kekuatan gelombang globalisasi yang paling kuat dan menonjol daya dobraknya, yakni:
  • Bidang iptek
Terdapatnya perkembangan yang semakin dipercepat dengan penggunaan berbagai teknologi canggih seperti computer dan satelit. Kekuatan pertama gelombang globalisasi ini membuat bumi seakan-akan menjadi sempit dan transparan. Globalisasi iptek tersebut memeberi orientasi baru dalam bersikap dan berpikir serta berbicara tanpa batas negara.
  • Bidang ekonomi
Adanya perkembangan yang mengarah ke ekonomi regional dan atau ekonomi global tanpa mengenal batas-batas negara. Di berbagai bagian dunia telah berkembang kelompok-kelompok ekonomi regional. Gejala lainnya adalah makin meluasnya perusahaan multi nasional sebagai perusahaan raksasa yang kakinya tertanam kuat di berbagai negara. Globalisai ekonomi telah menyebabkan negara hanya bertapal batas politik saja, sedangkan dari segi ekonomi semakin kabur.
  • Bidang lingkungan hidup
Bidang ini telah menjadi bahan pembicaraan dalam berbagai pertemuan internasional, yang mencapai puncaknya pada konferensi tingkat tinggi (KTT) bumi , atau nama resminya: konferensi PBB mengenai lingkungan hidup dan pembangunan (UNCED), pada awal juni 1992 di Rio De Janeiro, Brasil. Kerusakan ke berbagai negara di sekitarnya, bahkan mengancam keselamatan planet ini. Oleh karena itu, diperlukan wawasan dan kebijakan yang tepat dalam bidang pembangunan yang menjamin kelestarian dan keselamatan lingkungan hidup, atau pembangunan yang berwawasan lingkungan.
  • Bidang pendidikan
Berkaitan dengan identitas bangsa, termasuk budaya nasional dan budaya-budaya nusantara. Disamping adanya gagasan-gagasan dalam pendidikan globalisasi terjadi pula secara langsung menerpa setiap indiidu manusia melalui buku, radio ,televisi, dan media lainnya.
Di samping keempat bidang tersebut, kecenderungan globalisai juga tampak dalam bidang politik, hukum dan HAM, paham demokrasi dan sebagainya. Kecenderungan globalisasi tersebut merupakan suatu gejala yang tidak dapat dihindari. Oleh karena itu, banyak gagasan dalam menghadapi globalisasi yang menekankan perlunya berpikir dan berwawasan global namun harus tetap menyesuaikan keputusan dan tindakan dengan keadaan nyata disekitarnya.
  1. Perkembangan llmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Perkembangan IPTEK yang makin cepat dalam era globalisasi merupakan salah satu cirri utama dari masyarakat masa depan. globalisasi perkembangan IPTEK tersbut dapat berdampak positif ataupun negatif, tergantung pada kesiapan bangsa besrta kondisi social-budayanya untuk menerima limpahan informasi atau teknologi tersebut. Segi positifnya antara lain memudahkan untuk mengikuti perkembangan iptek yang terjadi di dunia. Sedangkan segi negatifnya akan timbul apabila kondisi social- budayanya belum siap menerima limpahan itu (Pratiwi Sudarsono, 1990: 14-15).
Percepatan perkembangan IPTEK tersebut terkait dengan landasan ontologism,epistemologis, dan aksiologisnya (Filsafat Ilmu, 1981: 9-15). Iptek membantu mengembangkan peranti yang dapat mengatasi berbaai kekurangan atau keterbatasan alat indera, danpada gilirannya, peranti itu sangat membantu mengebangkan IPTEK itu sendiri. Globalisasi perkembangan iptek yang cepat tersebut adalah peluang dan tantangan. Terbuka peluang bagi kita untuk menikuti perkembangan iptek tersbut secara dini sebaliknya apabila masyarakat belum siap menerimanya, maka akan berubah menjadi tantangan.
  1. Perkembangan Arus Komunikasi Yang Semakin Padat Dan Cepat.
Pada umumnya bentuk komunikai langsung (verbal atau non verbal) di kenal sebagai komunikasi antar pribadi (interpersonal communication), baik komunikasi antar orang (Dyadic communication), maupun komunikasi dalam kelompok kecil (small group communication) dengan ciri pokok adanya dialog diantara pihak pihak yang berkomunikasi. Sedangkan bentuk komunikasi yang bercirikan monolog adalah komunikasi publik, yang dibedakan atas komunikasi pembicara-pendengar (speaker audience communication). Beberapa unsur proses komunikasi yaitu:
  1. Sumber pesan seperti harapan,gagasan,perasaan aatau prilaku yang diinginkan oleh pengirim pesan.
  2. Penyandian (encoding), yakni pengubahan atau penerjemahan isi pesan kedalam bentuk yang serasi dengan alat pengiriman pesan.
  3. Transmisi (pengiriman) pesan.
  4. Saluran.
  5. Pembukasandian (decoding) yakni penerjemahan kembali apa yang di terima kedalam isi pesan oleh penerima.
  6. Reaksi internal penerima sesuai pemahaman pesan yang diterimanya.
  7. Gangguan atau hambatan (noise) yang dapat terjadi pada semua unsur dasar lainnya.
Perkembangan komunikasi dengan arus informasi yang makin padat dan akan di percepat di masa depan mencakup keseluruhan unsur-unsur dalam proses komunikasi tersebut.
  1. Penigkatan Layanan Profesional.
Salah satu ciri penting masyarakat masa depan adalah meningkatnya kebutuhan layanan profesionalisme dalam berbagai bidang kehidupan manusia. Karena perkembangan iptek ang makin cepat serta perkembangan arus informasi yang semakin padat dan epat, maka anggota masyarakat masa depan semakin luas wawasan dan pengetahuannya serta daya kritis yang semakin tinggi. Oleh karena itu, manusia masa depan tersebut makin menuntut suatu kualitas hidup yang lebih baik, termsuk berbagai layanan yang dibutuhkannya. Layanan yang diberikan oleh pemangku profesi tertentu, atau layanan professional, akan semakin penting untuk kebutuhan masyarakat tersebut.

Status professional memerlukan persyaratan yang berat, sehingga tidak semua jenis pekerjaan dapat memperolehnya. Sehinga tuntutan mutu layanan professional tersebut semakin tinggi pula hal itu menuntut suatu kerja sama antar tenaga professional yang semakin erat. Dengan demikian, kualitas hidup dan kehidupan manusia dalam masyarakat di masa depan akan lebih baik lagi.

Tantangan Ilmuan dalam Pengembangan Ilmu
Penelaahan keilmuan dimulai dengan permasalahan. Singkatnya, terdapat banyak sekali masalah dalam ilmu. Hal ini memang tak aneh bila diingat betapa rumitnya hakikat manusia dan kehidupan. Akibat dari kerumitan ini maka tiap masalah keilmuan sudah harus merupakan seleksi dari data yang diberikan oleh penghidupan kepada kita. Ini juga berarti bahwa tak seorang pun, memecahkan suatu masalah, dapat memilih seluruh fakta.

Dalam permasalahan keilmuan ini, kita dikenalkan dengan namailmuan yang merupakan ahli atau pakar dalam bidang keilmuan.Kata ilmuan ini muncul kira-kira tahun 1840 untuk membedakanmereka dengan para filsuf, kaum terpelajar dan cendekiawan dan lain sebagainya. Ilmuan disini mempunyai beberapa arti, peran, ciri serta tanggung jawab dalam ilmu atau hasil penemuannya. Maka dari itu, ilmuantidaklah lain orang yang mencari keajengan dalam alam yang bersifat kognitif, rasional dan teoritis yang nantinya akan menghasilkan sebuah ilmu. Karena ilmu yang dikembangkan oleh para ilmuan untuk mencapai kebenaran atau memperoleh pengetahuan.

2.1.1        Hubungan Antara Kemajuan Ilmu dan Krisis Kemanusiaan

Kemajuan ilmu dan teknologi yang semula bertujuan untuk mempermudah pekerjaan manusia, tetapi kenyataannya teknologi telah menimbulkan keresahan dan ketakutan baru bagi kehidupan manusia. Kemajuan teknologi yang begitu hebat, ternyata tanpa disadari teknologi itupun memenjarakan manusia. Artinya, penjara manusia tidak berkurang dengan kemajuan teknologi, tetapisemakin bertambah. Pada konteks inilah manusia perlu disadarkan dari penjara yang bernama teknologi. Contohnya, perkembangan rekayasa genetika ternyata membuat khawatir para pemerhati hak-hak asasi manusia. Kerena dengan rekayasa genetika tersebut, manusia tidak memiliki hak yang bebas lagi. Sementara itu, ketidakpastian juga merebak dari segi moral dan kemanusiaan jika rekayasa genetika diterapkan pada manusia. Penyadaran terhadap bahaya yang begitu besar bagi kemanusiaan perlu untuk dilakukan, terutama pada penguasa yang memiliki otoritas dalam mengambil kebijakan. Etika global perlu untuk dirumuskan bersama, karena krisi akibat teknologi tidak hanya berdampak untuk negara tertentu, tetapi mencakup semua negara.

2.1.2        Hubungan Antara Agama, Ilmu dan Masa Depan Manusia

Agama dan ilmu memiliki beberapa perbedaan, yakni agama lebih mengedepankan moralitas dan cenderung eklslusif, dan subjektif. Sementara itu, ilmu selalu mencari yang baru, tidak terlalu terikat dengan etika, progresif, bersifat inklusif, dan objektif. Agama memberikan ketenangan dari segi batin karena ada janji kehidupan setelah mati, sedangkan ilmu member ketenangan sekaligus kemudahan bagi kehidupan di dunia. Karakteristik agama dan ilmu tidak selalu harus dilihat dalam konteks yang bersebrangan, tetapi juga perlu dipikirkan bagaimana keduanya bersinergi dalam membantu kehidupan manusia yang lebih layak.

Manusia merupakan makhluk yang “future-oriented”, tindakan dan pertimbangan pada saat ini penting untuk meprediksikan persoalan–persoalan masa depan. Bahkan sejarah penuh dengan contoh-contoh, baik tentang kekejaman manusia maupun tentang pengorbanan yang telah dilakukannya dengan maksud untuk menjamin terjadinya suatu hari depan yang lebih baik. Dalam pandangan agama, ilmu dan teknologi bukan merupakan aspek kehidupan manusia yang tertinggi. Tidak juga merupakan puncak kebudayaan dan peradaban umat manusia di dalam evolusinya mencapai kesempurnaan hidup (perfection of existence).
Ilmu pengetahuan dan teknologi memakai “rasio” (akal) yang tajam. Kerohanian, kejiwaan agama memakai “intuisi” (wahyu) sebagai saranamasing-masing untuk membuktikan kebenarannya dan menghayati hakikatnya. Ilmu pengetahuan hingga kini dianggap sebagai pengawal kemajuan umat manusia yang secara umum banyak diserang sebagai pembawa berbagai macam ketimpangan dan pencemaran fisik, biologi, dan budaya. Maka asas keseimbangan harus diterapkan karena memang dalam pembangunan senantiasa kita dihadapkan kepada krisis nilai-nilai insane dan masalah untuk memanusiakan manusia itu sendiri; problema manusia tersebut tidak menjadi alat atau korban dari ciptaannya sendiri.

2.1.3   Hubungan Antara Etika, Moral, Norma dan Ilmu Pengetahuan

Untuk lebih mengenal apa yang dimaksud dengan aksiologi, berikut adalah keterangan mengenainya. Aksiologi berasal dari perkataan axios (Yunani) yang berarti nilai dan logos yang berarti teori. Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai. Sedangkan arti aksiologi yang terdapat di dalam bukunya Jujun S. Suriasumantri Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer bahwa aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Dari definisi-definisi mengenai aksiologi di atas, terlihat dengan jelas bahwa pemasalahan yang utama adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah suatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika.

Etika menilai perbuatan manusia, maka lebih tepat dikatakan bahwa obyek formal etika adalah norma-norma kesusilaan manusia, dan dapat dikatakan pula bahwa etika mempelajari tingkah laku manusia ditinjau dari segi baik dan tidak baik di dalam suatu kondisi yang normatif, yaitu suatu kondisi yang melibatkan norma-norma. Sedangkan estetika berkaitan dengan nilai tentang pengalaman keindahan yang dimiliki oleh manusia terhadap lingkungan dan fenomena disekelilingnya.

Nilai itu objektif ataukah subjektif adalah sangat tergantung dari hasil pandangan yang muncul dari filsafat. Nilai akan menjadi subjektif, apabilah subjek sangat berperan dalam segala hal, kesadaran manusia menjadi tolak ukur segalanya atau eksistensinya, maknanya dan faliditasnya tergantung pada reaksi subjek yang melakukan penilaian tanpa mempertimbangkan apakah apakah hal tersebut bersifat psikis atau fisis.  Dengan demikian, nilai subjektif akan selalu memperhatikan berbagai pandangan yang dimiliki akal budi manusia, seperti perasaan, intelektualitas dan hasil nilai subjektif selalu akan mengarah kepada suka atau tidak suka, senang atau tidak senang.  Nilai itu objektif, jika dia tidak tergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai. Nilai objektif muncul karena adanya pandangan dalam filsafat tentang objektivisme. Objektivisme ini beranggapan pada tolak ukur suatu gagasan berada pada objeknya, sesuatu yang memiliki kadar secara realitas benar-benar ada. Kemudian bagaimana dengan nilai dalam ilmu pengetahuan. Seorang ilmuan haruslah bebas dalam menentukan topik penelitiannya, bebas dalam melakukan eksprimen-eksprimen. Kebebasan inilah yang nantinya akan dapat mengukur kualitas.

Peran Ilmuan dalam Pengembangan Ilmu
Dalam catatan sejarah, bahwasanya ilmuan memiliki beberapaciri yang ditunjukkan oleh cara berfikir yang dianut serta dalam perilaku seorang ilmuan. Mereka memilih bidang keilmuan sebagai profesi. Untuk itu yang bersangkutan harus tunduk di bawah wibawa ilmu. Karena ilmu merupakan alat yang paling mampu dalam mencari dan mengetahui kebenaran.

Ini dapat dikenali lewat paradigma maupun pola sikap senyatanyadalam kehidupan sosial, yang merupakan penjelmaan prinsip-prinsip ilmiah. Seorang ilmuan tampaknya tidak cukup hanya memiliki daya kritis tinggi atau pun pragmatis, kejujuran, jiwa terbuka dan tekad besar dalam mencari atau menunjukkan kebenaran pada akhirnya, netral, tetapi lebih dari semua ituialah penghayatan terhadap etika serta moral ilmu kehidupan itu harus menjadi pilihan juga sekaligus junjungan martabat manusia.

2.1.4        Syarat-Syarat yang Harus Dipatuhi Seorang Ilmuan

Seorang ilmuan sudah tentu bukan hanya sekedar memapankannamanya saja, akan tetapi ia harus bisa mempopulerkan karya ilmiahnya agar bisa diterima masyarakat dan sekiranya karya ilmiahnya baik. Oleh karena ituseorang ilmuan harus memenuhi beberapa syarat, diantaranya: prosedur ilmiah; metode ilmiah; adanya suatu gelar yang berdasar pendidikan formalnya yang ditempuh; kejujuran ilmuan, yakni suatu kemauan yang besar, ketertarikan pada perkembangan ilmu pengetahuan terbaru dalam rangka profesionalitas keilmuannya.

2.1.5        Peran dan Fungsi Ilmuan

Ilmuan merupakan orang yang menemukan masalah spesifik dalam ilmu. Salah satu syarat utama dalam hubungan antara ilmuan denganmasalah keilmuan tidak lain hanyalah, seorang ilmuan harus memiliki ciri, sikap dan tanggung jawab. Akan tetapi di sini seorang ilmuwa harus jugamemiliki peran atau pun fungsi. Tiga peran ilmuan dalam segi kegiatan:
  1. Sebagai Intektual, seorang ilmuan sosial dan tetap mempertahankandialognya yang kontinyu dengan masyarakat sekitar dan suatuketerlibatan yangintensif dan sensitif.
  2. Sebagai Ilmuan, dia akan berusaha memperluas wawasan teoritis danketerbukaannya kepada kemungkinan dan penemuan baru dalam bidang keahliannya.
  3. Sebagai Teknikus, dia tetap menjaga keterampilannya memakai instrumen yang tersedia dalam disiplin yang dikuasainya. Dua peran terakhir memungkinkan dia menjaga martabat ilmunya, sedangkan peran pertama mengharuskannya untuk turut menjaga martabat manusia. Karena kita semua tahu bahwa ilmu merupakan hasil karya perseorangan yang dikomunikasikan dan dikaji secara terbuka olehmasyarakat. Maka dari itu, fungsi seorang ilmuan tidak hanya berhenti pada penelaahan dan keilmuan secara individual namun juga bertanggung jawabagar produk keilmuannya sampai dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakatluas.
 2.1.6        Tanggung Jawab Ilmuan

Tanggung jawab ilmuan dalam pengembangan ilmu sekurang-kurangnya berdimensi religius atau etis dan sosial. Pada intinya, dimensi religius atau etis seorang ilmuan hendaknya tidak melanggar kepatutan yang dituntut darinya berdasarkan etika umum dan etika keilmuan yang ditekuninya. Sedangkan dimensi sosial pengembangan ilmu mewajibkan ilmuan berlaku jujur, mengakui keterbatasannya bahkan kegagalannya,mengakui temuan orang lain, menjalani prosedur ilmiah tertentu yang sudahdisepakati dalam dunia keilmuan atau mengkomunikasikan hal baru dengan para sejawatnya atau kajian pustaka yang sudah ada untuk mendapatkankonfirmasi, menjelaskan hasil-hasil temuannya secara terbuka dan sebenar-benarnya sehingga dapat dimengerti orang lain sebagaimana ia jugamemperoleh bahan-bahan dari orang lain guna mendukung teori-teori yangdikembangkannya.
Maka dari itu, seorang ilmuan wajib mempublikasikantemuannya agar orang lain dapat melakukan verivikasi terhadapnya. Jadi jelaslah kiranya bahwa seorang ilmuan mempunyai tanggung jawab sosialyang terpikul di bahunya. Bukan karena dia adalah warga masyarakat yangkepentingannya terlibat secara langsung di masyarakat namun yang lebih penting adalah karena dia mempunyai fungsi tertentu dalam kelangsunganhidup bermasyarakat. Oleh sebab itu dia mempunyai kewajiban sosial untuk menyampaikan hal itu kepada masyarakat banyak dalam bahasa yang dapatmereka cerna.Dalam hal ini juga seorang ilmuan mengkontribusikan ilmunyadengan ciri khas kharismatik ilmuan yang terpancar dalam nilai ilmiahnyasehingga membawanya dalam kehidupan masyarakat yang ilmiah dan bias menempatkan diri sebagai komunitas yang menjiwa diseluruh kalanganmasyarakat.

Dari apa yang kita ketahui bersama di atas dapat kita simpulkan, bahwa ilmuan adalah seorang yang berkecimpung dalam beberapa bidanng keilmuan. Sebagai mana kita lihat bersama dalam beberapa pengertian ilmuan yang disajikan dipoin kedua. Yang mana seorang ilmuan itu tidak luput dari hal ilmiah. Karena karya ilmiah ini merupakan salah satu pokok yang terpenting untuk mempublikasikan karyanya dengan riset-riset tertentu. Di samping itu, ilmuan tidak hanya terpaku dalam hal sikap saja melainkan dalam tanggung jawab. Karena tanggung jawab ilmuanmerupakan ikhtiar mulia sehingga seorang ilmuan tidak mudah tergoda, apalagi tergelincir untuk menyalahgunakan ilmu.

Upaya Pendidikan Dalam Mengantisipasi Masa Depan

Masyarakat masa depan dengan ciri globalisasi, kemajuan iptek, dan kesempatan menerima arus informasi yang padat dan cepat, dan sebagainya, telah memerlukan warga yang mau dan mampu menghadapi segala permasalahan serta siap menyesuaikan diri dengan situasi baru tersebut. Pendidikan berkewajiban mempersiapkan generasi baru yang sanggup menghadapi tantangan zaman baru yang akan datang. Pengembangan pendidikan dalam masyarakat yang sedang berubah dengan cepat haruslah dilakukan secara menyeluruh dengan pendekatan sistematik-sistematik. Pembanguna manusia Indonesia seutuhnya merupakan kunci keberhasilan bangsa dan negara Indonesia dalam abad 21 yang akan datang untuk itu diperlukan:

2.4.1        Tuntutan Bagi Manusia Masa Depan (Manusia Modern)

Setiap upaya manusia untuk menyesuaikan diri terhadap konstelasi dunia pada masanya (pada masa lampau, kini, akan datang) adalah proses modernisasi sebagai perkiraan masyarakat masa depan. Berdasarkan acuan normative yang berlaku (UU RI No. 2/1989 beserta peraturan pelaksanaanya) telah ditetapkan rumusan tujuan pendidikan di Indonesia, yang dapat di anggap sebagai profil manusia Indonesia di masa depan, salah satu ketentuan penting dalam perundang-undangan tersebut adalah ketetapan pendidikan dasar sembilan tahun.
Tuntutan manusia Indonesia di masa depan diarahkan kepada pembekalan kemampuan yang sangat diperlukan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan dimasa depan tersebut. Beberapa diantaranya seperti:
  1. Ketanggapan terhadap berbagai masalah social, politik, cultural, dan lingkungan.
  2. Kreativitas didalam menemukan alternative pemecahannya.
  3. Efisiensi dan etos kerja yang tinggi.

2.4.2        Upaya Mengantisipasi Masa Depan.
  1. Perubahan Nilai dan Sikap.
Nilai dan sikap memegang peranan penting dalam menentukan wawasan dan perilaku manusia. Nilai merupakan norma, acuan yang seharusnya, dan atau kaidah yang akan menjadi rujukan perilaku. Nilai-nilai tersebut dapat bersumber dari berbagai hal, seperti agama, hukum, adatistiadat, moral, dan sebagainya, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Bagi bangsa Indonesia dengan masyarakat yang majemuk terjadi variasi system nilai dan tata kelakuan ( sebagai wujud ideal dari kebudayaan nusantara).
Salah satu pengaruh nilai akan tampak dalam sikap (attitude) seseorang. Kalau nilai masih bersifat umum, maka sikap selalu terkait dengan objek tertentu dan disertai dengan kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap terhadap objek tersebut ( dapat positif ataupun negative). Sebagai kemampuan internal, kemungkinan berbagai alternatif unuk bertindak. Dalam sikap dapat dibedakan atas tiga aspek, yaitu: aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek konatif.

Perubahan nilai dan sikap dalam rangka mengantisipasi masa depan haruslah diupayakan sedemikian rupa sehingga dapat diwujudkan keseimbangan dan keserasian antara aspek pelestarian dan aspek pembaruan. Nilai-nilai luhur yang mendasari kepribadian dan kebudayaan Indonesia seyogyanya akan tetap dilestarikan, agar terhindar dari krisis identitas.
  1. Pengembangan Kebudayaan.
Salah satu upaya penting dalam mengantisipasi masa depan adalah upaya yang berkaitan dengan pengembangan kebudayaan dalam arti luas, termasuk hal-hal yang berkaitan dengan sarana kehidupan manusia. Kebudayaan mencakup unsur-unsur mulai dari system religi, kemasyarakatan, pengetahuan, bahasa, kesenian, mata pencaharian, sampai dengan system teknologi dan peralatan (Koentjaraningrat,1974:12). Unsur terakhir tersebutlah yang paling mudah berubah dibandingkan dengan unsure lainnya; akan tetapi, perubahan masyarakat Indonesia dari masyarkat pertanian ke masyarakat industri dan masyarakat informasi telah meyebabkan keseluruhan unsure-unsur tersebut akan mengalami pengaruh yang kuat. Oleh karena itu, manusia Indonesia tidak hanya dipengaruhi oleh budaya setempat (sesuai etnis yang ada di nusantara) dan budaya Indonesia (yang berkembang dari puncak budaya-budaya nusantara tersebut), tetapi juga menerima berbagai pengaruh “budaya dunia” (Refleksi, 1990: 3-4). Dalam menghadapi berbagai pengaruh tersebut setiap individu diharapkan dapat menyelaraskannya dengan baik, agar dapat menyesuaikan diri dengan dunia yang selau berubah tersbut dengan berhasil. Saling pengaruh dalam pengembangan kebudayaan di dunia ini, merupakan hal lumrah.
  1. Pengembangan Sarana Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam mengan tisipasi masa depan, karena pendidikan selalu berorientasi pada penyiapan peserta didik untuk berperan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, pengembangan sarana pendidikan sebagai salah satu prasyarat utama untuk menjemput masa depan dengan segala kesempatan dan tantangannya.

Khusus untuk menyongsong era globalisasi yang makin tidak terbendung, terdapat beberapa hal yang secara khusus memerlukan perhatian dalam bidang pendidikan. Santoso S. Hamijoyo (1990:33) mengemukakan lima strategi dasar dalam era globalisasi tersebut yakni:
  1. Pendidikan untuk pengembangan IPTEK, dipilih terutama dalam bidang-bidang yang vital, seperti manufacturing pertanian, sebagai modal utama untuk menghadapi globalisasi.
  2. Pendidikan untuk pengembangan keterampilan manajemen, termasuk bahasa-bahasa asing yang relevan untuk hubungan perdagangan dan politik, sebagai instrument operasional untuk berkiprah dalam globalisasi.
  3. Pendidikan untuk pengelolaan kependudukan, lingkungan, keluarga berencana, dan kesehatan sebagai penangkal terhadap menurnnya kualitas hidup dan hancurnnya system pendukung kehidupan manusia.
  4. Pendidikan untuk pengembangan system nilai, termasuk filsafat, agama dan teologi demi ketahanan sosial-budaya termasuk persatuan dan kesatuan bangsa.
  5. Pendidikan untuk mempertinggi mutu tenaga kependidikan dan kepelatihan, termasuk pengelola sistem pendidikan formal dan non formal, demi penggalakan peningkatan pemrataan mutu, relevansi, dan efisiensi sumber daya manusia secara keseluruhan.
Khusus untuk pendidikan tinggi, terdapat kecenderungan berkembangnya pola pemecahan masalah secara multidisiplin. Oleh karena itu, diperlukan suatu program pendidikan yang kuat dalam dasar keahlian yang akan memperluas wawasan keilmuan dan membuka peluang krjasama dengan bidang keahlian lainnya.

Kesimpulan

3.1.1        Gambaran dan masa depan ilmuwan

Teknologi jelas sangat dibutuhkan oleh manusia untuk mengatasi berbagai masalah, yang ada di kehidupan. Ilmu pengetahuan sebagai alat untuk meningkatkan kebudayaan dan kemajuan bagi umat manusia secara keseluruhan.
Perkiraan Masyarakat Masa Depan
Beberapa karateristik umum yang dapat dijadikan petunjuk sebagai ciri masyarakat di masa depan yaitu:
  1. Kecenderungan Globalisasi yang Makin Kuat.
  2. Perkembangan llmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
  3. Perkembangan Arus Komunikasi Yang Semakin Padat Dan Cepat.
  4. Penigkatan Layanan Profesional.

3.1.2        Tantangan dan masa depan keilmwuan

Ilmu memiliki beberapa tantangan terhadap beberapa aspek di kehidupan manusia. Di antaraanya adalah:
  1. Hubungan Antara Kemajuan Ilmu dan Krisis Kemanusiaan
Kemajuan ilmu dan teknologi yang semula bertujuan untuk mempermudah pekerjaan manusia, tetapi kenyataannya teknologi telah menimbulkan keresahan dan ketakutan baru bagi kehidupan manusia. Kemajuan teknologi yang begitu hebat, ternyata tanpa disadari teknologi itupun memenjarakan manusia.
  1. Hubungan Antara Agama, Ilmu dan Masa Depan Manusia
Karakteristik agama dan ilmu tidak selalu harus dilihat dalam konteks yang bersebrangan, tetapi juga perlu dipikirkan bagaimana keduanya bersinergi dalam membantu kehidupan manusia yang lebih layak.
  1. Hubungan Antara Etika, Moral, Norma dan Ilmu Pengetahuan
Etika menilai perbuatan manusia, maka lebih tepat dikatakan bahwa obyek formal etika adalah norma-norma kesusilaan manusia, dan dapat dikatakan pula bahwa etika mempelajari tingkah laku manusia ditinjau dari segi baik dan tidak baik di dalam suatu kondisi yang normatif, yaitu suatu kondisi yang melibatkan norma-norma

3.1.3        Peran dan Tnaggung Jawab Ilmuwan dalam Pengembangan Ilmu
1. Peran:
  • Sebagai Intektual
  • Sebagai Ilmuan
  • Sebagai Teknikus
2. Tanggung jawab:
Tanggung jawab ilmuwan dalam pengembangan ilmu sekurang-kurangnya berdimensi religius atau etis dan sosial. Pada intinya, dimensi religius atau etis seorang ilmuan hendaknya tidak melanggar kepatutan yang dituntut darinya berdasarkan etika umum dan etika keilmuan yang ditekuninya.

3.1.4        Upaya Pendidikan Dalam Mengantisipasi Masa Depan.

1.Perubahan Nilai dan Sikap
Kalau nilai masih bersifat umum, maka sikap selalu terkait dengan objek tertentu dan disertai dengan kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap terhadap objek tersebut (dapat positif ataupun negatif).
 
2. Pengembangan Kebudayaan
Kebudayaan mencakup unsur-unsur mulai dari system religi, kemasyarakatan, pengetahuan, bahasa, kesenian,mata pencaharian, sampai dengan system teknologi dan peralatan (Koentjaraningrat,1974:12)
 
3. Pengembangan Sarana Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam mengan tisipasi masa depan, karena pendidikan selalu berorientasi pada penyiapan peserta didik untuk berperan di masa yang akan datang.


DAFTAR PUSTAKA
Bakhtiar, Amsal. 2004. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Suriasumantri, Jujun S. 1980. Ilmu dalam Perspektif. Jakarta: yayasan PT Gramedia ,Jakarta 1978.

Gerungan, Raflen A. “Perkiraan dan Antisipasi Terhadap Masyarakat Masa Depan” (online), http://mediaedukasiku.blogspot.com/p/perkiraan-dan-antisipasi-terhadap.html, di akses pada 26 Mei 2013.

Naoman, ayu . 2012 “Tantangan dan Masa Depan Ilmu” (online), http://www.slideshare.net/ayuNaoman/tantangan-dan-masa-depan-ilmu?utm_source=slideshow01&utm_medium=ssemail&utm_campaign=share_slideshow, diakses pada 26 Mei 2013.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar