Manusia
Dan Masalahnya Dalam Kehidupan
Di lingkungan pendidikan, terutama pendidikan tinggi, boleh dikatakan
setiap waktu istilah “ilmu” diucapkan dan sesuatu ilmu diajarkan. Istilah ilmu
atau science merupakan suatu perkataan yang cukup bermakna ganda, yaitu
mengandung lebih daripada satu arti. Oleh karena itu, dalam memakai istilah
tersebut seseorang harus menegaskan atau sekurang-kurangnya menyadari arti mana
yang dimaksud. Menurut cakupannya pertama-tama ilmu merupakan sebuah istilah
umum untuk menyebut segenap pengetahuan ilmiah yang dipandang sebagai satu
kebulatan. Jadi, dalam arti yang pertama ini ilmu mengacu pada ilmu seumumnya
(science-in-general).
Ilmu berawal pada kekaguman manusia akan alam yang dihadapinya, baik alam
besar (macro-cosmos), maupun alam kecil (micro-cosmos). Manusia sebagai animal
rational dibekali hasrat ingin tahu. Sifat ingin tahu manusia telah dapat
disaksikan sejak manusia kanak-kanak.
Pertanyaan-pertanyaan seperti “ini apa?” “itu apa?” telah keluar dari mulut
anak-anakn. Kemudian timbul pertanyaan-pertanyaan “mengapa begini?”, “mengapa
begitu?”, dan selanjutnya berkembang menjadi pertanyaan pertanyaan semacam
“bagaimana hal itu terjadi?”, “bagaimana memecahkannya?”, dan sebagainya.
Bentuk-bentuk pertanyaan seperti diatas itu juga telah diketemukan sepanjang
sejarah manusia.
Manusia berusaha mencari jawab atas berbagai pertanyaan itu; dari dorongan
ingin tahu manusia berusaha mendapatkan pengetahuan mengenai hal yang
dipertanyakannya. Di dalam sejarah perkembangan pikir manusia ternyata yang dikejar
itu esensinya adalah pengetahuan yang benar, atau secara singkat disebut
kebenaran.
Menurut Suryabrata (1983:3), “Hasrat ingin tahu manusia terpuaskan kalau
dia memperoleh pengetahuan menegnai hal yang dipertanyakannya. Dan penegetahuan
yang diinginkannya. Dan pengetahuan yang diinginkannya adalah pengetahuan yang
benar. Pengetahuan yang benar atau kebenaran memang secara inherent dapat
dicapai manusia, baik melalui cara yang ilmiah maupun non ilmiah.”
Dengan demikian, merujuk pendapat diatas bahwa pengetahuan yang benar dapat
dicapai manusia melaui cara atau metedelogi ilmiah ataupun non ilmiah, maka
pembahasan kita saat ini yakni tentang metode ilmiah yang merupakan salah satu
fasilitator manusia untuk mencapai kebenaran dari sebuah pengetahuan yang dipertanyakannya.
Bab II
PEMBAHASAN
2.1. MANUSIA DAN MASALAHNYA DALAM KEHIDUPAN
Apakah masalah itu? Ada orang yang mengatakan bahwa masalah itu sebagai
suatu yang harus dipecahkan atau dicarikan jalan keluarnya. Sementara itu, ada
sebagian juga yang mengartikannya sebagai suatu kesenjangan (gap) antara
keharusan dan kenyataan. Sepanjang hidupnya, seorang manusia pasti pernah
berhadapan dengan yang namanya “masalah”, apakah berupa adanya
kesenjangan atau adanya sesuatu yang harus dicarikan jalan keluarnya. Masalah
memang menjadi bagian dari hidup manusia. Jika seorang manusia memiliki masalah
artinya dia sedang hidup. Dengan adanya masalah, kepribadian seseorang
justru akan semakin berkembang melalui usaha belajar.
Prayitno (2003) menyebutkan bahwa sesuatu dirasakan sebagai masalah atau
tidak bergantung kepada jawaban tiga pertanyaan berikut :
- Apakah sesuatu itu tidak disukai adanya?
- Apakah sesuatu itu ingin ditiadakan keberadaannya?
- Apakah sesuatu itu (berpotensi) menimbulkan kesulitan dan atau kerugian?
Jika jawabannya adalah “YA” maka jelas sesuatu itu adalah masalah dan
masalah manusia sesungguhnya amat beragam, baik dilihat segi jenis, ukuran dan
sifat maupun ruang lingkupnya. Ada masalah yang tergolong berat-ringan,
besar-kecil, personal-umum, sederhana-kompleks, disadari tidak disadari, dan
sebagainya.
Dalam mempersepsi dan memaknai tentang suatu masalah setiap orang akan
berbeda-beda. Bagi seseorang, sesuatu itu bisa saja dianggap masalah, sementara
bagi orang lain bukan masalah, atau sebaliknya. Demikian juga, bagi seseorang
sesuatu itu merupakan masalah kecil atau ringan, tetapi dipersepsi dan
dimaknainya sebagai suatu masalah yang berat dan besar atau justru sebaliknya.
Terkait dengan masalah-masalah psikologis yang dihadapi individu, pada
umumnya individu yang bersangkutan kurang atau bahkan sama sekali tidak
menyadarinya Misalkan, orang yang sombong kadang-kadang tidak menyadari
kesombongannya, demikian juga orang yang malas kadang-kadang tidak menyadari
kemalasannya, sehingga cenderung untuk membiarkannya dan menjadi semamin
kronis. Berbeda dengan masalah yang bersifat fisik, jika seseorang mendapatkan
masalah fisik, misalnya dia mengalami sakit perut, orang itu dengan mudah menyadari
bahwa dirinya mempunyai masalah dengan perutnya, sehingga dia berupaya untuk
segera menghilangkannya dengan cara membeli obat atau datang ke dokter,
misalnya.
Secara garis besarnya, masalah-masalah yang dihadapi individu bersumber
dari dua faktor, yaitu faktor dari dalam diri individu sendiri dan faktor
lingkungan. Ketika kehidupan masih relatif sederhana, masalah-masalah yang
muncul pun cenderung bersifat sederhana, namun sejalan dengan perkembangan
kehidupan manusia yang serba modern seperti sekarang ini, masalah-masalah yang
muncul pun tampaknya semakin kompleks, termasuk di dalamnya masalah yang
berkaitan dengan psikologis.
Bagaimana mengatasi masalah? Upaya untuk mengatasi masalah-masalah atau
mencari jalan keluar dari masalah yang dihadapi dapat dilakukan melalui
berbagai cara, baik yang dilakukan sendiri maupun melaui bantuan orang lain.
Bantuan orang lain biasanya diperlukan manakala masalah yang dihadapinya
dianggap terlalu berat dan sudah tidak mungkin lagi ditanggulangi oleh dirinya
sendiri. Meski menggunakan jasa bantuan orang lain, keputusan dan aktivitas
penyelesaian masalah sebenarnya terletak pada individu yang bersangkutan.
Beberapa tips untuk menyelesaikan masalah :
- Bersikap realistis dan objektif terhadap sesuatu yang dianggap masalah sehingga bisa melihat masalah secara proporsional.
- Jika Anda banyak menghadapi menghadapi, urutkan masalah-masalah tersebut berdasarkan skala prioritas penanganannya. Masalah-masalah yang dipandang ringan dan dapat diatasi sendiri secara cepat, segeralah selesaikan, kemudian coret dari daftar urutan masalah Anda. Jika menghadapi satu atau beberapa masalah yang dianggap berat, maka pikirkanlah apakah masih mungkin diselesaikan sendiri atau perlu bantuan pihak lain.
- Jika Anda menganggap masalah itu masih bisa ditanggulangi sendiri, gunakanlah cara-cara rasional dan logis (ilmiah) untuk menyelesaikannya. Permasalahan yang diselesaikan melalui cara-cara irrasional mungkin hanya akan menghasilkan kegagalan dan semakin memperparah keadaan.
- Jika Anda memandang perlu bantuan pihak lain, carilah orang yang tepat dan dapat dipercaya. Kesalahan dalam menentukan pihak orang lain untuk dilibatkan dalam masalah Anda, mungkin malah semakin menambah beban masalah Anda.
- Belajarlah kepada orang-orang yang telah berhasil menyelesaikan masalah-masalah yang serupa dengan masalah Anda dan temukan kunci suksesnya dalam menyelesaikan masalah
- Kesabaran dan kesungguhan Anda dalam menyelesaikan setiap masalah menjadi penting, karena mungkin apa yang Anda usahakan tidak langsung dapat menghasilkan penyelesaian secara cepat. Dengan kata lain, upaya penyelesaian masalah tidak seperti makan cabe rawit, begitu dimakan terasa pedasnya di lidah, dalam hal ini perlu waktu dan proses.
- Tentunya Anda harus tetap berdoa memohon pertolongan yang Maha Kuasa, sebagai kekuatan spiritual Anda, dan yakinkan dalam diri Anda bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya dan tuhan tidak akan memberikan masalah kepada seseorang diluar kemampuannya.
Singkatnya, bahwa dalam menyelesaikan suatu masalah dibutuhkan kecerdasan
intelektual, emosional, sosial dan spiritual. Untuk kepentingan teknis
bimbingan dan konseling di sekolah, Prayitno, dkk. telah berhasil membuat sebuah
inventori untuk melacak masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa (konseli) yang
dikenal dengan Alat Ungkap Masalah (AUM). Alat ini akan membantu untuk
memahami kemungkinan-kemungkinan wilayah masalah yang dihadapi siswa (konseli),
sehingga bantuan yang diberikan konselor akan jauh lebih efektif.
2.2 ILMU SEBAGAI METODE ILMIAH
Penelitian Ilmiah
Salah satu hal yang penting dalam ilmu pengetahuan adalah penelitian (research).
Research berasal dari kata re yang berarti kembali dan search
yang berarti mencari, sehingga research atau penelitian dapat
didefinisikan sebagai suatu usaha untuk mengembangkan dan mengkaji kebenaran
suatu pengetahuan. Penelitian ilmiah didefinisikan sebagai rangkaian pengamatan
yang sambung menyambung, berakumulasi dan melahirkan teori-teori yang mampu
menjelaskan dan meramalkan fenomena-fenomena.
Penelitian ilmiah sering diasosiasikan dengan metode ilmiah sebagai tata
cara sistimatis yang digunakan untuk melakukan penelitian. Penelitian ilmiah
juga menjadi salah satu cara untuk menjelaskan gejala-gejala alam. Adanya
penelitian ilmiah membuat ilmu berkembang, karena hipotesis-hipotesis yang
dihasilkan oleh penelitian ilmiah seringkali mengalami retroduksi.
Penelitian sebagai suatu rangkaian aktivitas mengandung prosedur tertentu,
yakni serangkaian cara dan langkah tertib yang mewujudkan pola tetap. Rangkaian
cara dan langkah ini dalam dunia keilmuan disebut metode. Untuk menegaskan
bidang keilmuan itu seringkali dipakai istilah metode ilmiah (scientific
method). Metode Ilmiah merupakan suatu cara sistematis yang digunakan oleh para
ilmuwan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Metode ini menggunakan
langkah-langkah yang sistematis, teratur dan terkontrol.
Apa Itu Metode Ilmiah,,?
Metode ilmiah merupakan prosedur yang mencakup berbagai tindakan pikiran,
pola kerja, tata langkah, dan cara teknis untuk memperoleh pengetahuan baru
atau memperkembangkan pengetahuan yang ada.Prosedur yang merupakan metode
ilmiah meliputi pengamatan, percobaan, analisis, deskripsi, penggolongan,
pengukuran, perbandingan, dan survai.
Oleh karena ilmu merupakan suatu aktivitas kognitif yang harus mematuhi
berbagai kaidah pemikiran yang logis, maka metode ilmiah juga berkaitan sangat
erat dengan logika. Dengan demkikian, prosedur-prosedur yang tergolong metode logis
termasuk pula dalam ruang lingkup metode ilmiah. Ini misalnya ialah deduksi,
abstraksi, penalaran analogis, analisis logis. Selanjutnya, metode ilmiah
meliputi suatu rangkaian langkah yang tertib. Dalam kepustakaan metodologi ilmu
tidak ada kesatuan pendapat mengenai jumlah, bentuk, dan urutan langkah yang
pasti.
Sheldon J. Lachman mengurai metode ilmiah menjadi 6
langkah yang berikut :
1. Perumusan pangkal-pangkal duga yang khusus atau pernyataan-pernyataan yang khusus untuk penyelidikan.
2. Perancangan penyelidikan itu.
3. Pengumpulan data.
4. Penggolongan data.
5. Pengembangan generalisasi-generalisasi.
6. Pemeriksaan kebenaran terhadap hasil-hasil, yaitu terhadap data dan generalisasi-genralisasi.
1. Perumusan pangkal-pangkal duga yang khusus atau pernyataan-pernyataan yang khusus untuk penyelidikan.
2. Perancangan penyelidikan itu.
3. Pengumpulan data.
4. Penggolongan data.
5. Pengembangan generalisasi-generalisasi.
6. Pemeriksaan kebenaran terhadap hasil-hasil, yaitu terhadap data dan generalisasi-genralisasi.
George Abell merumuskan metode ilmiah sebagai
suatu prosedur khusus dalam ilmu yang mencakup 3 langkah berikut :
1. Pengamatan gejala-gejala atau hasil-hasil dari percobaan-percobaan.
2. Perumusan pangkal-pangkal duga yang melukiskan gejala-gejala ini, dan yang bersesuaian dengan kumpulan pengetahuan yang ada.
3. Pengujian pangkal-pangkal duga ini dengan mencatat apakah mereka secara memadai meramalkan dan melukiskan gejala-gejala baru atau hasil-hasil dari percobaan-percobaan yang baru.
1. Pengamatan gejala-gejala atau hasil-hasil dari percobaan-percobaan.
2. Perumusan pangkal-pangkal duga yang melukiskan gejala-gejala ini, dan yang bersesuaian dengan kumpulan pengetahuan yang ada.
3. Pengujian pangkal-pangkal duga ini dengan mencatat apakah mereka secara memadai meramalkan dan melukiskan gejala-gejala baru atau hasil-hasil dari percobaan-percobaan yang baru.
Metode ilmiah lain dikemukakan oleh J. Eigelberner yang mencakup 5
langkah sebagai berikut :
1. Analisis masalah untuk menetapkan apa yang dicari, dan penyusunan pangkal-pangkal duga yang dapat dipakai untuk memberi bentuk dan arah pada telaah penelitian.
2. Pengumpulan fakta-fakta yang bersangkutan.
3. Penggolongan dan pengaturan data agar supaya menemukan kesamaan-kesamaan, uruttan-urutan, dan hubungan-hubungan yang ada.
4. Perumusan kesimpulan-kesimpulan dengan memakai proses-proses penyimpulan yang logis dan penalaran.
5. Pengujian dan pemeriksaan kebenaran kesimpulan-kesimpulan itu.
Metode ilmiah dalam meneliti mempunyai kriteria serta langkah-langkah tertentu dalam Metode ilmiah bekerja. seperti di bawah ini.
1. Analisis masalah untuk menetapkan apa yang dicari, dan penyusunan pangkal-pangkal duga yang dapat dipakai untuk memberi bentuk dan arah pada telaah penelitian.
2. Pengumpulan fakta-fakta yang bersangkutan.
3. Penggolongan dan pengaturan data agar supaya menemukan kesamaan-kesamaan, uruttan-urutan, dan hubungan-hubungan yang ada.
4. Perumusan kesimpulan-kesimpulan dengan memakai proses-proses penyimpulan yang logis dan penalaran.
5. Pengujian dan pemeriksaan kebenaran kesimpulan-kesimpulan itu.
Metode ilmiah dalam meneliti mempunyai kriteria serta langkah-langkah tertentu dalam Metode ilmiah bekerja. seperti di bawah ini.
- Langkah- langkah metode ilmiah
- Perumusan masalah
Permasalahan merupakan pertanyaan ilmiah yang harus diselesaikan.
Permasalahan dinyatakan dalam pertanyaan terbuka yaitu pertanyaan dengan
jawaban berupa suatu pernyataan, bukan jawaban ya atau tidak. Sebagai contoh:
Bagaimana cara menyimpan energi surya di rumah?
- Batasi permasalahan seperlunya agar tidak terlalu luas.
- Pilih permasalahan yang penting dan menarik untuk diteliti.
- Pilih permasalahan yang dapat diselesaikan secara eksperimen.
B Penyusunan kerangka berfikir
Penyusunan kerangka berfikir dalam pengajuan hpotesis yang merupakan
argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai
factor yang saling mengkait dan membentuk konstelasi permasalahan kerangka
berfikir ini di susun secara rasional berdasarkan permis-premis ilmiah yang
telah teruji kebenarannya dengan memperhatikan factor- factor empiris yang
relevan dengan permasalahan.
C Perumusan hipotesa
Hipotesis merupakan suatu ide atau dugaan sementara tentang penyelesaian
masalah yang diajukan dalam proyek ilmiah. Hipotesis dirumuskan atau dinyatakan
sebelum penelitian yang seksama atas topik proyek ilmiah dilakukan, karenanya
kebenaran hipotesis ini perlu diuji lebih lanjut melalui penelitian yang
seksama. Yang perlu diingat, jika menurut hasil pengujian ternyata hipotesis
tidak benar bukan berarti penelitian yang dilakukan salah.
- Gunakan pengalaman atau pengamatan lalu sebagai dasar hipotesis
- Rumuskan hipotesis sebelum memulai proyek eksperimen
D Pengujian hipotesa
Eksperimen dirancang dan dilakukan untuk menguji hipotesis yang diajukan.
Perhitungkan semua variabel, yaitu semua yang berpengaruh pada eksperimen. Ada
tiga jenis variabel yang perlu diperhatikan pada eksperimen: variabel bebas,
variabel terikat, dan variabel kontrol.
Varibel bebas merupakan variabel yang dapat diubah secara bebas. Variabel
terikat adalah variabel yang diteliti, yang perubahannya bergantung pada
variabel bebas. Variabel kontrol adalah variabel yang selama eksperimen
dipertahankan tetap.
- Usahakan hanya satu variabel bebas selama eksperimen.
- Pertahankan kondisi yang tetap pada variabel-variabel yang diasumsikan konstan.
- Lakukan eksperimen berulang kali untuk memvariasi hasil.
- Catat hasil eksperimen secara lengkap dan seksama.
E Penarikan kesimpulan
Kesimpulan proyek merupakan ringkasan hasil proyek eksperimen dan pernyataan
bagaimana hubungan antara hasil eksperimen dengan hipotesis. Alasan-alasan
untuk hasil eksperimen yang bertentangan dengan hipotesis termasuk di dalamnya.
Jika dapat dilakukan, kesimpulan dapat diakhiri dengan memberikan pemikiran
untuk penelitian lebih lanjut.
- Jika hasil eksperimen tidak sesuai dengan hipotesis:
- Jangan ubah hipotesis
- Jangan abaikan hasil eksperimen
- Berikan alasan yang masuk akal mengapa tidak sesuai
- Berikan cara-cara yang mungkin dilakukan selanjutnya untuk menemukan penyebab ketidaksesuaian
- Bila cukup waktu lakukan eksperimen sekali lagi atau susun ulang eksperimen.
Tata langkah tersebut di muka melibatkan berbagai konsep dalam metode
ilmiah. Konsep adalah ide umum yang mewakili sesuatu himpunan hal yang biasanya
dibedakan dari pencerapan atau persepsi mengenai suatu hal khusus satu per
satu. Konsep merupakan alat yang penting untuk pemikiran utama dalam penelitian
ilmiah.
Pengertian metode tidak pula sama dengan tehnik. Metode ilmiah adalah
berbagai prosedur yang mewujudkan pola-pola dan tata langkah dalam pelaksanaan
sesuatu penelitian ilmiah. Pola dan tata langkah prosedural itu dilaksanakan
dengan cara-cara operasional dan tehnis yang lebih terinci. Cara-cara itulah
yang mewujudkan tehnik. Jadi, tehnik adalah sesuatu cara operasional tehnis
yang seringkali bercorak rutin, mekanis, atau spesialistis untuk memperoleh dan
menangani data dalam penelitian.
Dari hal-hal tersebut dapat disimpulkan bahwa, kegiatan penelaahan atau
proses penelitian yang merupakan ilmu itu mengandung prosedur, yakni
serangkaian cara dan langkah tertentu yang mewujudkan pola tetap. Rangkaian
cara dan langkah ini dalam istilah dunia keilmuan dikenal sebagai metode atau
sering disebut metode ilmiah. Metode merupakan ciri penentu yang kedua dan
dengan demikian ilmu dapat pula dibahas, dipahami, dan dijelaskan sebagai
metode.
2.3. ILMU SEBAGAI AKTIVITAS PENELITIAN
Ilmu secara nyata dan khas adalah suatu aktivitas manusiawi, yakni
perbuatan melakukan sesuatu yang dilakukan oleh manusia. Ilmu tidak hanya satu
aktivitas tunggal saja, melainkan sutau rangkaian aktivitas sehingga merupakan
sebuah proses. Rangkaian aktivitas itu bersifat rasional, kognitif, dan
teleologis.
Aktivitas rasional berarti kegiatan yang mempergunakan kemampuan pikiran
untuk menalar yang berbeda dengan aktivitas berdasarkan perasaan atau naluri.
Ilmu menampakkan diri sebagai kegiatan penalaran logis dari pengamatan empiris.
Berpangkal pada hasrat kognitif dan kebutuhan intelektualnya, manusia
melakukan rangkaian pemikiran dan kegiatan rasional yang selanjutnya melahirkan
ilmu. Menurut Bernard Barber pemikiran rasional atau rasionalitas manusia
merupakan sumber utama dari ilmu. Dikatakannya bahwa “the germ of science in
human society lies in man’s aboriginal and unceasing attempt to understand and
control the world in which he live by the use of rational thought and
activity”. (benih ilmu dalam masyarakat manusia terletak di dalam usaha manusia
yang tak henti-hentinya dan asli pembawaannya untuk memahami dan menguasai
dunia tempat ia hidup dengan menggunakan pemikiran dan aktivitas rasional).
Ciri penentu yang kedua dari kegiatan yang merupakan ilmu ialah sifat
kognitif, bertalian dengan hal mengetahui dan pengetahuan. Filsuf Polandia
Ladislav Tondl menyatakan bahwa science terutama berarti conscious and
organized cognitive activity (aktivitas kioginitf yang teratur dan sadar).
Dijelaskannya lebih lanjut demikian :
“Tujuan-tujuan terpenting ilmu bertalian dengan apa yang telah dicirikan
sebagai fungsi pengetahuan atau kognitif dari ilmu, dengan fungsi itu ilmu
memusatkan perhatian terkuat pada pemahaman kaidah-kaidah yang tak diketahui
sebelumnya dan baru atau pada penyempurnaan keadaan pengetahuan dewasa ini
mengenai kaidah-kaidah demikian itu”.
Jadi pada dasarnya ilmu adalah proses yang bersifat kognitif, bertalian
dengan proses mengetahui dan pengetahuan. Proses kognitif adalah suatu
rangkaian aktivitas seperti pengenalan, pencerapan, pengkonsepsian, dan
penalaran yang dengannya manusia dapat mengetahui dan memperoleh pengetahuan akan
suatu hal.
Ilmu selain merupakan sebuah proses yang bersifat rasional dan kognitif,
juga bercorak teologis, yakni mengarah pada tujuan tertentu karena para ilmuwan
dalam melakukan aktivitas ilmiah mempunyai tujuan-tujuan yang ingin dicapai.
Ilmu melayani sesuatu tujuan tertentu yang diinginkan oleh setiap ilmuwan.
Dengan demikian, ilmu adalah aktivitas manusiawi yang bertujuan. Tujuan ilmu
itu dapat bermacam-macam sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masing-masing
ilmuwan.
Rangkaian aktivitas pemikiran yang rasional dan kognitif untuk menghasilkan
pengetahuan, mencapai kebenaran, memperoleh pemahaman, memberikan penjelasan,
dan melakukan peramalan, pengendalian, atau penerapan itu dilaksanakan oleh
seseorang yang digolongkan sebagai ilmuwan. Setiap ilmuwan sejati bertugas
melakukan penelitian dan mengembangkan ilmu. Hal ini ditegaskan dalam The
International Encyclopedia of Higher Education yang mendefinisikan ilmuwan
sebagai seseorang yang melakukan penelitian ilmiah dan penelitian ilmiah
diartikan sebagai penelitian yang dilaksanakan untuk memajukan pengetahuan.
2.4.METODE ILMIAH DAN PERANYA TERHADAP TEORI KEILMUAN
Menurut Almadk (1939),” metode ilmiah adalah cara menerapkan
prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran. Sedangkan
Ostle (1975) berpendapat bahwa metode ilmiah adalah pengejaran terhadap sesuatu
untuk memperoleh sesuatu interelasi.”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa metode ilmiah (Scientific Method)
adalah metode atau cara tertentu dalam melakukan kajian untuk mendapatkan
pengetahuan mengenai realitas dari sesuatu melalui jalan percobaan (eksperimen)
atas sesuatu itu. Metode ilmiah merupakan prosedur untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan, ilmu pengetahuan didapatkan dari metode ilmiah. Oleh karena itu
tidak semua pengetahuan disebut ilmu, sebab ilmu pengetahuan diperoleh harus
memenuhi syarat-syarat tertentu yang disebut metode ilmiah. Metode adalah cara
untuk mengetahuai sesuatu dengan menempuh langkah-langkah yang sistematis.
Metode ilmiah merupakan pengkajian dari peraturan-peraturan yang terdapat dalam
metode ilmiah yang disebut epistemologi yaitu membahas bagaimana mendapatkan
ilmu.
Diantara berbagai prosedur pengembangan ilmu pengetahuan secara umum dapat
mengikuti tahapan berikut secara dinamis. Tahapan tersebut adalah minimal
dimulai dari melakukan prediksi, konfirmasi, menyusun prinsip, hukum, melakukan
hipotesis atau dugaan sementara, sehingga dengan menggabungkan tahapan
perlakuan tersebut kita dapat menarik kesimpulan. Kesimpulan tersebut
berdasarkan fakta terprediksi dan observasi atau penelitian untuk melahirkan
fakta, sehingga akan menghasilkan fakta baru yang akan dirumuskan dalam bentuk
karangka konsep teori baru. Metode penemuan teori baru tersebut biasanya juga
menerapkan prinsip induksi atau deduksi atau bahkan penggabungan kedua konsep
tersebut, tergantung kondisi dan situasi bagaimana konsep teori baru tersebut,
oleh karena setiap cabang ilmu kontennya berbeda-beda
Adapun kriteri dari metode ilmiah sebagai berikut :
1. Berdasarkan fakta
Keterangan-keterangan yang ingin diperoleh dalam penelitian, baik yang akan
dikumpulkan dan yang dianalisa haruslah berdasarkan fakta-fakta yang nyata.
Janganlah penemuan atau pembuktian didasarkan pada daya khayal, kira-kira,
legenda-legenda atau kegiatan sejenis.
2. Bebas dari prasangka
Metode ilmiah harus mempunyai sifat bebas prasangka, bersih dan jauh dari
pertimbangan subjektif. Menggunakan suatu fakta haruslah dengan alasan dan
bukti yang lengkap dan dengan pembuktian yang objektif.
3. Menggunakan prinsip-prinsip analisa
Dalam memahami serta memberi arti terhadap fenomena yang kompleks, harus
digunakan prinsip analisa. Semua masalah harus dicari sebab-akibat serta
pemecahannya dengan menggunakan analisa yang logis. Fakta yang mendukung
tidaklah dibiarkan sebagaimana adanya atau hanya dibuat deskripsinya saja.
Tetapi semua kejadian harus dicari sebab-akibat dengan menggunakan analisa yang
tajam.
4. Menggunakan hipotesis
Dalam metode ilmiah, peneliti harus dituntun dalam proses berpikir dengan
menggunakan analisa. Hipotesis harus ada untuk melakukan dugaan sementara
mengenai persoalan serta memandu jalan pikiran ke arah tujuan yang ingin
dicapai sehingga hasil yang ingin diperoleh akan mengenai sasaran dengan tepat.
Hipotesis merupakan pegangan yang khas dalam menuntun jalan pikiran peneliti.
5. Menggunakan ukuran objektif
Kerja penelitian dan analisa harus dinyatakan dengan ukuran yang objektif.
Ukuran tidak boleh dengan merasa-rasa atau menuruti hati nurani.
Pertimbangan-pertimbangan harus dibuat secara objektif dan dengan menggunakan
pikiran yang waras.
6. Menggunakan teknik kuantitatif
Dalam memperlakukan data, maka ukuran kuantitatif harus digunakan, kecuali
untuk atribut-atribut yang tidak dapat dikuantifikasikan. Ukuran-ukuran seperti
ton, mm, per detik, ohm, kilogram, dan sebagainya harus selalu digunakan. Jauhi
ukuran-ukuran seperti: sejauh mata memandang, sehitam aspal, sejauh sebatang
rokok, dan sebagainya.
Adapun konstruksi atau pembentukan ilmu pengetahuan melalui langkah-langkah
metode ilmiah (scientific method) yang dijabarkan dalam tahapan berikut:
1. Perumusan Masalah
Masalah adalah topik atau objek yang diteliti dengan batasan yang jelas
serta dapat, diidentifikasi faktor-faktor yang terkait di dalamnya.
2. Penyusunan kerangka fikir
Penyusunan kerangka fikir dalam mengajukan hipotesis, merupakan
penggabungan hubungan berbagai faktor yang saling terkait.
3. Perumusan Hipotesis
Hipotesis merupakan argumentasi tentang kemungkinan jawaban sementara
tentang masalah yang ditetapkan, disusun berdasarkan pengetahuan atau teori
yang ada dan harus diuji kebenarannya dengan observasi ataupun eksperimentasi.
4. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis merupakan usaha pengumpulan fakta-fakta yang relevan
dengan hipotesis dan kemudian diuji apakah fakta-fakta tersebut mendukung
hipotesis yang diajukan.
5. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan diambil berdasarkan hasil analisis data untuk melihat apakah
hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak. Sekiranya dalam pengujian
tersebut fakta yang cukup mendukung hipotesis, maka hipotesis diterima.
Sebaliknya kalau tidak terdapat fakta-fakta yang mendukung berati hipotesis
ditolak. Hipotesis yang diterima sudah menjadi bagian dari pengetahuan ilmiah,
yakni mempunyai kerangka penjelasan yang konsisten dengan pengetahuan ilmiah,
karena telah teruji kebenarannya.
Maka dari penjelasan-penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa hubungan
antara ilmu pengetahuan dan metode ilmiah yaitu dengan adanya metode ilmiah
maka dapat mempermudah dalam melakukan konstruksi atau pembentukan ilmu
pengetahuan yang baik dan benar.
BAB III
PENUTUP
3.1. kesimpulan
Dari uraian pembahasan dalam makalah ini maka dapat diringkas sebagai
berikut bahwa ilmu (science) memilliki makna yang lebih kompleks daripada
pengetahhuan (knowledge). Ilmu memiliki tiga makna yang satu sama lain saling
melengkapi dan merupakan satu kesatuan. Pertama, ilmu sebagai proses berarti
aktivitas penelitian; kedua, ilmu sebagai prosedur berarti metode ilmiah; dan
yang terakhir, ilmu sebagai produk berarti pengetahuan yang sistematis.
Hubungan diantara ketiganya adalah bahwa ilmu harus diusahakan dengan aktivitas
manusia, aktivitas itu harus dilaksanakan dengan metode tertentu, dan akhirnya
aktivitas metodis itu mendatangkan pengeahuan yang sistematis. Metode tertentu
itu dinamakan metode ilmiah.
Metode ilmiah ini memili banyak langkah dari mulai penentuan masalah,
pengajuan hipotesis, dengan menggunakan logika deduktif atas dasar teori
kebenaran koherensi sampai pada pembuktian hipotesis. Tidak cukup sampai di
situ, pengetahuan ilmiah yang dilahirkan dari metode ilmiah agar menjadi
kebenaran ilmiah juga harus pragmatis, meskipun mau tidak mau ia akan menjadi
tua dan tergantikan oleh yang muda. Dengan demikian, ilmu adalah rangkaian
aktivitas manusia yang rasional dan kognitif dengan berbagai metode berupa
aneka prosedur dan tata langkah sehingga menghasilkan kumpulan pengetahuan yang
sistematis mengenai gejala-gejala kealaman, kemasyarakatan, atau keorangan
untuk tujuan mencapai kebenaran, memperoleh pemahaman, memberikan penjelasan,
ataupun melakukan penerapan
REFERENSI
- http://id.wikipedia.org/wiki/Manusia
- http://www.academia.edu
- Suriasumantri, Jujun S.,
Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer
Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, 1999 - http://adilesmana.wordpress.com/2010/10/15/ilmu-sebagai-aktivitas-penelitian-metode-ilmiah-dan-pengetahuan-sistematis/
- http://ebookbrowsee.net/ilmu-sebagai-aktivitas-penelitian-dan-metode-ilmiah-pdf-d517984722
- The Liang Gie, Konsepsi
Tentang Ilmu
Yogyakarta, Yayasan Studi Ilmu dan Teknologi, 1984
Tidak ada komentar:
Posting Komentar