Wacana filsafat yang menjadi topik utama pada zaman modern, khususnya
abad ke-17, adalah persoalan epistemologi. Pertanyaan pokok dalam
bidang epistemologi adalah bagaimana manusia mendapatkan pengetahuan dan
apakah sarana yang paling memadai untuk mencapai pengetahuan yang
benar, serta apa yang dimaksud dengan kebenaran itu sendiri. Untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang bersifat epistemologis ini, maka
dalam filsafat abad ke-17 munculah dua aliran filsafat yang memberikan
jawaban yang berbeda, bahkan saling bertentangan.
Aliran filsafat tersebut adalah Rasionalisme dan Empirisme, Empirisme
itu sendiri pada abad ke-19 dan 20 berkembang lebih jauh menjadi
beberapa aliran yang berbeda. di dalam kehidupan negeri yang relatif
masih muda (Amerika Serikat), kita telah belajar dari orang-orang yang
terkemuka di bidang ini. Untuk itu muncullah William James, James tidak
hanya memiliki pemahaman eksistensi yang membuatnya sebagai teman
kontemporer kita, tetapi ia juga memiliki beberapa pandangan penting
yang dapat membantu ketika kita mencari arti kehidupan di dunia
kebebasan secara lebih spesifik, dan James sangat terkesan dengan
signifikansi positif dari kehidupan beragama manusia, dan ia membuat
usulan yang mungkin membantu kita dalam menilai kesadaran kita tentang
Tuhan, untuk itu marilah kita kupas tentang ide-ide James.
Biografi William James (1842-1910)
William James (1842-1910), adalah filsuf dan psikolog Amerika yang
paling berpengaruh, dia dilahirkan di kota New York , akan tetapi
menghabiskan masa kecilnya di Eropa. Pendidikan dasarnya tidak seperti
anak kebanyakan dan cenderung berganti-ganti, dikarenakan seringnya
berpindah dari satu kota ke yang lain dan juga keinginan ayahnya agar
dia lebih berkembang. Dia melewatkan masa pendidikannya disekolah umum
dan dari guru bimbingan pribadinya di Swiss, Prancis, Inggris dan
Amerika. Sejak 1872 hingga 1907, ia menuntut ilmu di Harvard. Pada
mulanya James mempelajari fisiologi, kemudian beralih ke psikologi, dan
terakhir filsafat. Pragmatisme
William James memiliki pengaruh yang
cukup dominan dalam filsafat pragmatisme yang merupakan pemikiran khas
Amerika. Karya William James antara lain Pragmatism, The Will to Believe, The Varietis of Religion Experience, The Meaning of Truth, dan beberapa karya lainnya.
Selama tahun-tahun itu, dia hanya bisa membayangkan bagaimana
kehidupan di sekolah sebenarnya. Setelah mendalami seni selama beberapa
tahun, dia menyadari bahwa seni bukanlah bidangnya, dan pada tahun 1861
dia masuk ke Lawrence Scientific School di Cambridge, yang memberikan
karir di bidang sains dan koneksi dengan Universitas Harvard yang terus
berlangsung seumur hidupnya.
Saat berusia 35 tahun, dia telah menjadi dosen di universitas ini.
Dia menjadi instruktur fisiologi dan anatomi selama 7 tahun, guru besar
filsafat selama 9 tahun, dan menjadi guru besar psikologi sampai 10
tahun terakhir dia mengajar, saat dia kembali lagi mengajar filsafat.
James adalah penulis yang produktif dan berbakat dibidang filsafat,
psikologi dan pendidikan, dan pengaruhnya pada kehidupan pendidikan di
Amerika sangatlah mengesankan. Karya terbesar dan paling berpengaruhnya,
The Principles Of Psychology (Dasar-dasar Psikologi), yang
diterbitkan tahun 1980, nantinya akan menjadi materi pendidikan.
Pemikirannya terhadap pendidikan dan pandangannya terhadap cara kerja
pengajar dapat dilihat di karyanya yang terkenal Talks to Teacher.
Selain sangat terkenal, buku-buku ini memberikan pengaruh yang besar
terhadap pendidikan dan pengajarnya. Teori dan praktek pendidikan,
adalah hutang terbesar Amerika kepada “ Bapak Pendidikan Psikologi
Modern” ini.
William James adalah seorang yang individualis. Didalam bukunya Talks to Teacher
tidak terdapat pernyataan mengenai pendidikan sebagai fungsi sisa.
Baginya pendidikan lebih cenderung kepada “ organisasi yang ketertarikan
mendalam terhadap tingkah laku dan ketertarikan akan kebiasaan dalam
tingkah laku dan aksi yang menempatkan individual pada lingkungannya”.
Teori perkembangan diartikannya sebagai susunan dasar dari pengalaman
mental untuk bertahan hidup. Pemikirannya ini dipengaruhi oleh insting
dan pengalamannya mempelajari psikologi hewan dan doktrin teori evolusi
biologi. Ketertarikan James akan insting dan pemberian tempat untuk itu
dalam pendidikan, menjadikan para pembaca bukunya percaya akan salah
satu tujuan terpenting didalam pendidikan adalah memberikan kebebasan
kepada anak-anak untuk mengikuti instingnya. Yang nantinya akan menjadi
peribahasa teori pendidikan. “ Bekerjasamalah dengan insting, jangan
melawannya”. Pembaca yang lebih teliti dapat menemukan tulisan yang
lebih menguatkan akan hal ini, tapi ketidakraguannya ditunjukkannya
melalui pernyataan-pernyataannya bahwa persatuan para psikolog telah
salah mengenali kekuatan insting didalam kehidupan manusia.
Teori James akan insting sangatlah bersifat individualis dan
sangatlah kolot pada pelaksanaannya. mengesampingkan pernyataannya
mengenai perubahan insting, yang berlawanan dengan diskusinya pada “Iron
Law of Habit/Hukum Utama Kebiasaan” dan kepercayaannya akan tujuan
dasar pendidikan sebagai pengembangan awal kebiasaan individual dan
kelompok, dalam pembentukan masyarakat yang lebih sempurna. Singkatnya,
James menegaskan, dasar dari semua pendidikan adalah mengumpulkan semua
insting asli yang dikenal oleh anak-anak, dan tujuan pendidikan adalah
organisasi pengenalan kebiasaan seagai bagian dari diri untuk menjadikan
pribadi yang lebih baik. Sumbangan James yan paling berpenaruh terhadap
metode pendidikan adalah hubungannya dengan susunan kebiasaan. James
mengtakan: `
“Hal yang paling utama, disemua tingkat pendidikan, adalah untuk
membuat ketakutan kita menjadi sekutu bukan menjadi lawan. Untuk
menemukan dan mengenali kebutuhan kita dan memenuhi kebutuhan dalam
hidup. Untuk itu kita harus terbiasa, secepat mungkin, semampu kita, dan
menjaga diri dari jalan yang memberi kerugian kepada kita, seperti kita
menjaga diri dari penyakit. Semakin banyak dari hal itu didalam
kehidupan sehari-hari yang dapat kita lakukan dengan terbiasa, semakin
banyak kemampuan pemikiran kita yang dapat digunakan untuk hal yang
penting lainnya.”
Pragmatisme merupakan sebuah gerakan pemikiran yang khas Amerika. Nama pragmatisme berasal dari kata Yunani pragma
yang berarti tindakan. Hal ini sesuai dengan pola pemikiran pragmatisme
sendiri, yang menitikberatkan pada tindakan manusia. Pada dasarnya
pragmatisme lebih menekankan kepada metode dan pendirian daripada suatu
filsafat sistematis, yaitu suatu metode penyelidikan eksperimental yang
diterapkan dalam berbagai bidang kehidupan. Salah satu pelopor
pragmatisme adalah Charles S. Peirce.
Pemikiran William James
Untuk menjelaskan pandangan-pandangan yang dikemukakan James, kita
harus mulai dengan teorinya tentang kesadaran, yang sebagian besar
dikembangkan secara lengkap di dalam The Principles of Psychology.
James percaya bahwa psikologi dan filsafat erat-terkait melalui cara
berikut: keduanya perlu menekankan deskripsi tentang pengalaman manusia
dan juga tujuan menemukan penjelasan kausal.
Setelah menerbitkan The Principles of Psychology, James
mempersembahkan dirinya lebih lanjut di dalam penjelajahan filosofis.
Namun, ini tidak berarti bahwa ia memutuskan diri dari perhatian awalnya
pada psikologi dan fisiologi. Dalam kenyataannya, karya filosofisnya
dapat dipandang mengambil beberapa cabang sentral dari penekanan awalnya
pada satu ide : bahwa kesadaran manusia adalah sebuah kekuatan aktif,
selektif, bertujuan, yang dengannya manusia membentuk sebuah lingkungan
yang religius dan lunak menjadi pola-pola yang bermakna. Dari fondasi
ini, tulisan-tulisan lima belas tahun terakhir dari hidup James berpusat
pada, arti penting pilihan dalam menentukan kepercayaan kita, penilaian
tentang hidup religius manusia, hakikat makna dan kebenaran, dan
perkembangan sebuah metafisika pluralistik (yakni sebuah pandangan yang
menekankan otonomi dan independensi hal-hal individual di alam semesta,
hubungan dan ketergantungannya satu sama lain).
Ia juga meletakkan prinsip ini ke dalam praktek dan menunjukkan lima karakteristik dasar kesadaran dan pikiran kita, yaitu :
1. Pikiran bersifat personal-pengalaman diatur, keduanya memiliki seseorang.
2. Pikiran dan pengalaman berada di dalam perubahan yang konstan.
Tidak ada dua pengalaman yang pernah identik, “sebuah keadaan yang telah
berlaku tidak akan pernah kembali dan identik dengan apa yang
sebelumnya”. James tidak mengingkari bahwa mengalami obyek yang sama
sekali, tapi pengalaman kita tentang sebuah obyek memiliki sifat yang
berbeda pada kesempatan-kesempatan yang berbeda.
3. Ada keberlanjutan dan juga perubahan di dalam pikiran dan pengalaman
4. Pikiran bersifat kognitif, dan pikiran berkenaan dengan sesuatu selain dirinya sendiri
5. Kesadaran bersifat selektif, kesadaran berkonsentrasi pada beberapa hal dan mengingkari beberapa hal yang lain.
Pemikiran James tentang karya-karyanya
Sikap yang dianut James digambarkan di dalam esainya “The Will to Believe”.
Di dalam esai ini, ia menegaskan bahwa ada waktu-waktu ketika kita
dihadapkan pada situasi di mana kita harus membuat keputusan tanpa
memiliki semua bukti yang mungkin kita kuasai. Kehidupan tidak selalu
memberi kita kemewahan menunggu hingga kita mendapatkan data yang
meyakinkan, yang mendukung jalan tindakan yang benar. Tujuan James
adalah menggambarkan beberapa karakteristik dasar situasi semacam itu,
dan mempertahankan pandangan bahwa arah tindakan rasional di lingkungan
ini tidaklah berarti melarikan diri dari realitas dengan mengklaim
perlunya keharusan menunggu bukti yang lebih obyektif sebelum memutuskan
apa yang harus dilakukan.
The Varieties of Religious Experiences memuat usaha besar
James untuk menilai arti agama dalam kehidupan manusia. Seperti
Nietzsche, James menilai agama dari segi kontribusinya pada keutamaan
manusia, tetapi kesimpulan yang diambil James berbeda dari para filosof
Jerman pada masanya. Perbedaan ini sebagian besar dikarenakan fakta
bahwa ideal James lebih demokratis dibandingkan ideal Nietzsche. James
tentu memuji nilai individu-individu yang istimewa, tetapi ia memberi
penekanan yang lebih jelas dan lebih kuat pada arti penting dan
integritas setiap kehidupan manusia, perlunya manusia bekerja bersama
guna menghasilkan yang terbaik, dan kebutuhan untuk menetapkan sebuah
lingkungan di mana kebebasan personal dan kesatuan sosial melengkapi
satu sama lain.
Di dalam bukunya Pragmatism, James membicarakan konsep pragmatis tentang kebenaran dalam satu bab. Di dalam The Meaning of Truth
ia menjelaskan bahwa sekurang-kurangnya ada delapan hal yang
disalahpahami orang tentang ajarannya. Suatu kritik, misalnya,
mengatakan bahwa pragmatisme hanya menerangkan bagaimana kebenaran
datang; tidak menjelaskan apa kebenaran itu sesungguhnya.
Karangannya, Essay in Radical Empirism a Pluralistic Universe, dan karyanya, Some Problems of Philosophy,
membicarakan pertumbuhan pandangannya tentang pragmatisme di dalam
metafisika dan epistemologi. Pragmatisme, menurut pendapatnya,
memberikan suatu jalan untuk membicarakan filsafat dengan melalui
pemecahan lewat pengalaman indera. Akan tetapi, ini ternyata tidak
mencukupi untuk James karena ia menyadari bahwa pragmatisme juga mampu
menghubungkan satu dengan lainnya. Jawaban yang harus diberikan ialah
mengenai pandangan yang pasti tentang alam semesta. Pandangan ini tentu
saja suatu metafisika.
Pemikiran William James adalah empirisme yang radikal atau empirisis
yang pragmatis. Kepribadiannya dan pandangannya tentang manusia
memerlukan suatu filsafat yang dapat berlaku adil pada perasaan
keagamaan, moral dan kepentingan manusia terdalam. Ia memerlukan suatu
filsafat yang pantas, yang dapat menghadapi kenyataan secara terus
terang. Ia mencurigai setiap sistem filsafat yang murni intelektual atau
yang mengaku benar secara absolut. Filsafat yang tidak selesai serta
tidak absolut, itulah filsafat yang diakuinya, tetapi filsafat itu harus
menyertai kehidupan manusia dan masa depannya. Filsafat harus membantu
manusia menyelesaikan masalah yang dihadapinya, memberikan kepada
manusia harapan yang optimistis dalam kehidupan yang vital.
Bahwa pragmatisme James itu bersifat voluntaristis, penekanannya pada
pentingnya faktor usaha dan kesukarelaan dalam keputusan dan
memperjelas sesuatu.
Tentang etikanya
Bahwa kaum pragmatis berpendapat bahwa yang baik adalah yang dapat
dilaksanakan dan dipraktekkan, mendatangkan yang positif dan kemajuan
hidup. Karena itu, baik-buruknya perilaku dan cara hidup dinilai atas
dasar praktisnya, akibat tampaknya, dampak positifnya, manfaatnya bagi
orang yang bersangkutan.
Penutup
Bahwa dalam pemikiran William James ada beberapa pemikiran atau
karya-karya yang disitu telah menguraikan berbagai pendapatnya satu
persatu tentang karya-karya tersebut, di antaranya yaitu : 1) The Will to Believe,
di situ James bertujuan hanya untuk menggambarkan beberapa
karakteristik dan mempertahankan pandangan bahwa arah tindakan yang
rasional. 2) The Varieties of Religious Experience, dia memuat tentang nilai arti agama dalam kehidupan manusia. 3) Pragmatism, dia menjelaskan tentang kebenaran datang, tetapi tidak menjelaskan apa kebenaran yang sesungguhnya. 4) Essay in Radical Empirism A Pluralistic Universe,
tentang pragmatisme di dalam metafisika, dan epistemologi. 5) Dia
membicarakan tentang manusia memerlukan suatu filsafat yang dapat
berlaku adil pada agama, dan moral.
DAFTAR PUSTAKA
James, William. Pragmatisme: and Four Essays from The Meaning of Truth. New York: Meridian Book, 1959.
Kattsoff, Louis O. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2004.
Titus, Harold H., Marilyn S. Smith, dan Richard T. Nolan. Persoalan-Persoalan Filsafat. Terj. Prof. Dr. H. M. Rasjidi. Jakarta: Bulan Bintang, 1984.
A. Mangun Harjono, Isme-isme dari A sampai Z, Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI), Yogyakarta, 1997.
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2003.
Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, PT. Grafindo Persada, Jakarta, 2001.
Bertrand Russell, Sejarah Filsafat Barat, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2002.
John K. Roth, Persoalan-persoalan Filsafat Agama, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2003.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar