Pada masa sekarang ini, filsafat sudah menjadi bahan ajar bagi setiap
universitas, berbagai kajian mengenai hakikat keidudpan, bagaimana
kehidupan ini? Dan untuk apa kehidupan ini? Manusiapun dapat membedakan
antara yang baik maupun yang buruk. Orang lain yang mampu memberikan
penilaian secara obyektif dan tuntas serta pihak yang melakukan
penilaian dan memberikan arti adalah pengetahuan yang disebut filsafat.
Kelahiran suatu ilmu tidak dapat dipisahkan dari peranan filsafat,
sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Ilmu atau
sains merupakan komponen terbesar yang diajarkan dalam semua strata
pendidikan. Kebanyakan pakar dalam mengupas hubungan ilmu dan filsafat
selalu menempatkan filsafat kedalam posisi yang prestisius. Hal ini
tidaklah aneh mengingat filsafat adalah roh dari semua ilmu. Kajian
bahasa pertama kalipun justru dilakukan oleh filosof dan bukan oleh ahli
bahasa.
Setelah perkembangan filsafat mulai menyebar, para ahli filsafat pun
bermunculan. Filosof pertama dari zaman Yunani kuno yang fenomenal
adalah Plato, Aristoteles, dan Socrates. Mereka adlah para ahli filsafat
pada masa Yunani kuno sekitar tahun 400 SM. Beberapa pernytaan dan
pendapat terakit dengan filsafat yang mereka utarakan, telah menjadi
acuan untuk kemajuan dan perkembangan filsafat di zaman modern. Pada
zaman pertengahan, zaman modern dan post modern, banyak sekali ahli dan
tokoh filsafat yang muncul dan mengutarakan teori, prinsip, dan
pemikiran mereka masing-masing. Dan dari kesekian banyak tokoh filsafat
tersebut memiliki karakteristik, walaupun begitu tujuan mereka agaknya
sama, yaitu menuntun setiap ilmu pada dasar yang fundamental. Tujuan
dibuatnya makalah ini untuk mengenalkan dan memberikan pengetahuan lebih
tentang bagaimana filsafta itu sendiri. Karena filsafat akan memberikan
nilai dan orientasi yang jelas bagi setiap ilmu.
Dari beberapa tokoh filsafat yang ada, ada beberapa diantaranya
adalah seorang politisi. Salah satunya adalah JOHN LOCKE. JOHN LOCKE
adalah politisi yang kuat dan pengarang yang di sertai politik aliran
liberal yang berjudul Two Ireatises of Goverment. Bersama Earl
Shaftesbury, dia mengungsi ke Belanda dan baru kembali ke Inggris
setelah revolusi kejayaan pada tahun 1688. Walaupun demikian, dia
dikenal bukan sebagai politisi atau ahli ilmu politik, tapi karena
filsafatnya terhadap pengetahuan manusia dalam bukunya yang berjudul
Eassy Concerning Human Understanding. Proses penulisannya yang
membutuhkan waktu dua puluh tahun tercatat mampu memengaruhi pemikiran
barat sampai seratus tahun kemudian dan mendudukkannya sebagai filsuf
Inggris terbesar sepanjang sejarah.
Biografi John Locke
Locke dilahirkan tahun 1632 di Wrington, Inggris. Dia memperoleh
pendidikan di Universitas Oxford, peroleh gelar sarjana muda tahun 1656
dan gelar sarjana penuh tahun 1658. Selaku remaja dia tertarik sangat
pada ilmu pengetahuan dan di umur tiga puluh enam tahun dia terpilih
jadi anggota “Royal Society.” Dia menjadi sahabat kental ahli kimia
terkenal Robert Boyle dan kemudian hampir sepanjang hidupnya jadi teman
dekat Isaac Newton. Kepada bidang kedokteran pun dia tertarik dan meraih
gelar sarjana muda di bidang itu meskipun cuma sekali-sekali saja
berpraktek.
John Locke hidup setengah abad lebih muda daripada Hobbes dan kuliah
di Universitas yang sama dengan Hobbes. Secara ringkas bisa disebutkan
bahwa Locke merasa hidup di tengah-tengah kekuasaan kerajaan despotik.
Locke mendapat pengaruh dari semangat libe ralisme yang sedang bergelora
di Eropa pada waktu itu dan bahwa Locke mempunyai ika tan karier dan
politik dengan kalangan parlemen yang sedang bersaing dengan kerajaan,
sehingga Locke cenderung memihak parelemen dan menentang kekuasaan raja.
Locke memulai dengan menyatakan kodrat manusia adalah sama antara satu
dengan lainnya.
Akan tetapi berbeda dari Hobbes, dalam bukunya Two Treaties of
Gobernment, Lock menyatakan bahwa ciri-ciri manusia tidaklah ingin
memenuhi hasrat dengan power tanpa mengindahkan manusia lainnya. Menurut
Locke, manusia di dalam dirinya mempunyai akal yang mengajar prinsip
bahwa karena menjadi sama dan independen manusia tidak perlu melanggar
dan merusak kehidupan manusia lainnya. Oleh karena itu, kondisi alamiah
menurut Locke sangat berbeda dari kondisi alamiah menurut Hobbes.
Menurut Locke, dalam kondisi alamiah sudah terdapat pola-pola
pengaturan dan hukum alamiah yang teratur karena manusia mempunyai akal
yang dapat menentukan apa yang benar apa yang salah dalam pergaulan
antara sesama. Masalah ketidaktentraman dan ketidakamanan kemudian
muncul, menurut Locke, karena beberapa hal.
Pertama, apabila semua orang dipandu oleh akal murninya, maka tidak
akan terjadi masalah. Akan tetapi, yang terjadi, beberapa orang dipandu
oleh akal yang telah dibiarkan (terbias) oleh dorongan-dorongan
kepentingan pribadi, sehingga pola-pola pengaturan dan hukum alamiah
menjadi kacau.
Kedua, pihak yang dirugikan tidak selalu dapat memberi sanksi kepada
pelanggar aturan dan hukum yang ada, karena pihak yang dirugikan itu
tidak mempunyai kekuatan cukup untuk memaksakan sanksi. Oleh karena
kondisi alamiah, karena ulah beberapa orang yang biasanya punya power,
tidaklah menjamin keamanan penuh, maka seperti halnya Hobbes, Locke juga
menjelaskan tentang upaya untuk lepas dari kondisi yang tidak aman
penuh menuju kondisi aman secara penuh.
Manusia menciptakan kondisi artifisial (buatan) dengan cara
mengadakan kontrak sosial. Masing-masing anggota masyarakat tidak
menyerahkan sepenuhnya semua hak-haknya, akan tetapi hanya sebagian
saja. Antara pihak (calon) pemegang pemerintahan dan masyarakat tidak
hanya hubungan kontraktual, akan tetapi juga hubungan saling kepercayaan
(fiduciary trust).
Locke menegaskan bahwa ada tiga pihak dalam hubungan saling percaya
itu, yaitu yang menciptakan kepercayaan itu (the trustor), yang diberi
kepercayaan (the trustee), dan yang menarik manfaat dari pemberian
kepercayaan itu (the beneficiary). Antara trustor dan trustee terjadi
kontrak yang menyebutkan bahwa trustee harus patuh pada beneficiary,
sedangkan antara trustee dan beneficiary tidak terjadi kontrak
samasekali. Trustee hanya menerima obligasi dari beneficiary secara
sepihak.
Dari pemahaman tentang hubungan saling percaya dan kontraktual itu
tampak bahwa pemegang pemerintahan atau yang diberi kepercayaan
mempunyai hak-hak dan kewenangan yang sangat terbatas, karena menurut
Locke masyarakatlah yang dapat bertindak sebagai trustor sekaligus
beneficiary.
Dari uraian Locke, tampak nyata bahwa sumber kewenangan dan pemegang
kewenangan dalam teori Locke tetaplah masyarakat. Oleh karena itu
kewajiban dan kepatuhan politik masyarakat kepada pemerintah hanya
berlangsung selama pemerintah masih dipercaya. Apabila hubungan
kepercayaan (fiduciary trust) putus, pemerintah tidak mempunyai dasar
untuk memaksakan kewenangannya, karena hubungan kepercayaan maupun
kontraktual sifatnya adalah sepihak. Kesimpulan demikian ini tentu amat
bertolak belakang dari kesimpulan yang dihasilkan oleh Hobbes.
Titik balik dalam kehidupan Locke adalah perkenalannya dengan
Pangeran Shaftesbury. Dia jadi sekretarisnya dan menjadi dokter
keluarga. Shaftesbury seorang jurubicara penting bagi pikiran liberal
sehingga walau sebentar pernah dia dipenjara oleh Raja Charles II akibat
kegiatan politiknya. Tahun 1682 Shaftesbury lari ke Negeri Belanda dan
mati disana tahun berikutnya. Locke, berkat hubungannya yang begitu
akrab dengan mendiang, senantiasa diawasi dan dibayang-bayangi, karena
itu memaksanya juga lari ke Negeri Belanda tahun 1683. Dia menetap di
negeri itu sampai pengganti Raja Charles, Raja James II digulingkan oleh
sebuah revolusi yang berhasil Locke pulang ke kampungnya tahun 1689 dan
seterusnya menetap di Inggris. Tak pernah sekalipun kawin, dan mati di
tahun 1704.
Buku pertama yang membikin Locke masyhur adalah An Essay
Concerning Human Understanding (Esai tentang saling pengertian manusia),
terbit tahun 1690. Di situ dipersoalkan asal-usul, hakikat, dan
keterbatasan pengetahuan manusia. Ide-ide Locke pada gilirannya
mempengaruhi filosof-filosof seperti Pendeta George Berkeley, David Hume
dan Immanuel Kant. Kendati esai itu hasil karya Locke yang paling
orisinal dan merupakan salah satu dari filosofi klasik yang masyhur,
pengaruhnya tidaklah sebesar tulisan-tulisan dalam buku A Letter
Concerning Toleration (Masalah yang berkaitan dengan toleransi) yang
terbit tahun 1689, Locke menekankan bahwa negara jangan ikut campur
terlampau banyak dalam hal kebebasan menjalankan ibadah menurut
kepercayaan agama masing-masing.
Locke bukanlah orang Inggris pertama yang mengusulkan adanya
toleransi agama dari semua sekte Protestan. Tetapi argumennya yang kuat
yang dilontarkannya, yang berpihak kepada perlunya ada toleransi
merupakan faktor dukungan penduduk terhadap sikap pandangannya. Lebih
dari itu, Locke mengembangkan prinsip toleransinya kepada golongan
non-Kristen: “baik penganut kepercayaan primitif, atau Islam maupun
Yahudi tidak boleh dikurangi hak-hak sipilnya dalam negara semata-mata
atas pertimbangan agama.” Tetapi, Locke percaya bahwa toleransi ini
tidak berlaku bagi golongan Katolik karena Locke yakin mereka tergantung
pada bantuan kekuatan luar, dan juga tak ada toleransi bagi kaum
atheis.
Dengan ukuran jaman kini dia boleh dibilang teramat berlapang dada,
tetapi beralasan memandangnya dari hubungan dengan ide-ide pada
jamannya. Fakta mencatat, alasan-alasan yang dikemukakannya demi
terciptanya toleransi agama lebih meyakinkan pembacanya dari
pengecualianpengecualian yang dibuatnya. Kini, berkat adanya
tulisan-tulisan Locke, toleransi agama sudah meluas bahkan pada
golongan-golongan yang tadinya dikucilkan.
Pandangan dan Pemikiran John Locke
“ Ketika manusia lahir, pikiran manusia seperti kertas kosong yang
menunggu untuk ditulisi oleh pengalaman di dunia selama hidupnya.”
John Locke mengeluarkan tiga pernyataan , yaitu :
- Locke menyatakan bahwa pikiran bayi yang baru lahir seperti kertas kosong yang di sebut tabula rasa, yang akan menerima tulisan pengetahuan selama perjalanan hidup melalui pengalamannya.
- Filsafat ini secara epistimologis mengukuhkan aliran empirisme yang melawan aliran pemikiran rasionalisme.
- Pandanganya mengarah pada esensialisme ilmiah, yaitu bahwa tanpa pikiran yang mampu mempersepsikan sebuah kualitas subjektif, kualitas itu tidak ada
Locke menyatakan bahwa pikiran bayi yang baru lahir seperti kertas
kosong yang disebut tabula rasa, yang akan menerima tulisan pengetahuan
selama perjalanan hidupnya melalui pengalamannya. Semua pengetahuan
manusia diturunkan dari ide yang disajikan pikirannya setelah melalui
pengalaman yang dialaminya. Ide dalam pikirannya itu memiliki dua
tingkatan, yaitu tingkatan yang sederhana dan tingkatan yang kompleks.
Tingkaan yang sederhana adalah pengetahuan yang langsung di dapatakan
dengan indra, seperti warna kuning, binatang, bintang, dan lain-lain.
Dan pengetahuan kompleks yaitu yang riil, misalnya konsep pengetahuan
tentang unicorn yang erupakan gabungan konsep kuda, konsep tanduk, dan
konsep angka satu.
Dia juga mengategorikan kualitas objek sebagai kualitas primer dan
sekunder. Kualitas primer merupakan sifat yang mendasar dan dapat
melekat pada semua objek, seperti padat, panjang, gerak, diam, dan
lain-lain. Kualitas sekunder merupakan hasil yang dapat dengan indra,
seperti warna, bau, atau rasa. Disebut sekunder karena kualitas itu
tidak melekat pada benda, tetapi muncul dari persepsi pikiran saat indra
kita berinteraksi dengan suatu benda.
Cara lain untuk mengkategorikan kualitas primer dan kualitas sekunder
adalah dengan menyebut kualitas objektif pada kategori kualitas primer
dan kualitas subjektif pada kategorinkualitas sekunder. Kualitas
objektif adalah kualitas yang melekat pada objek sedangkan kualitas
sekunder adalah kualitas hasil persepsi pikiran kita.
Konsep Pemikiran John Locke
Ada persoalan rumit yang muncul saat menggunakan konsep pengetahuannya untuk menjawab pertanyaan. Apakah pohon yang runtuh di tengah hutan itu tanpa ada orang yang dapat mendengarkan suaranya akan menimbulkan suara ?
Sebagai konsekuensinya, teori Locke akan menjelaskan bahwa runtuhnya
pohon tida menimbulkan suara, hanya membuat getaran udara dan benda –
benda di sekitarnya. Hal ini karena kualitas suara subjektif dan benda
yang bergetar adalah kualitas objektif. Tanpa ada sensor indra, kualitas
subjektif tidak akan ada. Pandangan ini disebut esensialisme ilmiah (
scientific essensialism), yaitu pandangan yang mengarah pada kesimpulan
yang secara luas di pahami oleh para pemikir era modern bahwa tanpa
pikiran yang mampu mempersiapkan sebuah kualitas subjektif, kualitas itu
tidak akan ada.
1. An Essay Concerning Human Understanding ( Uraian yang Membahas Pmahaman Manusia ).
John Locke meletakkan pondasi pengetahuan dan pemahaman manusia
dengan penggambaran bahwa pikiran manusia yang baru lahir sebagai bayi
mirip dengan kondisi kertas kosong yang belum ada tulisannya dan akan di
tulisi sepanjang perjalanan hidupnya oleh pengalaman.
Argumen tersebut mengemukakan bahwa prinsip pengetahuan dasar bawaan
lahir harus bersandar pada ide adanya sesuatu yang di bawa saat lahir.
Menurutnya, hal seperti itu tidak ada. Contohnya, kita tida dapat
mengetahui bahwa kita harus menyembah Tuhan tanpa menyetujui, memahami,
atau memercayai konsep tentang Tuhan dan keberadaan-Nya.
Pemahaman tentang Tuhan dan kepercayaan pada-Nya diketahui melalui
pengalaman atau pembelajaran, dan tidak diketahui atau dibawa sejak
lahir. Pembelajaran yang dialami oleh manusia di dapatkan dari proses
pengindraan dan pengolahan pemikiran ( sensation and reflection).
2. Tabula Rasa
Tabula Rasa berasal dari bahasa Latin yang berarti dalam
bahasa Inggris di terjemahkan menjadi blank slate yang dalam bahasa
Iindonesia artinya “kertas kosong” dan sering jugaditerjemahkan menjadi
“kertas putih” dengan konotasi bahwa putih bukanlah jenis warna, tetapi
kosong. Ide tabula rasa sudah ada pada karya Aristoteles, De Anima atau
tentang Jiwa. Aktualisasi intelektualitas itulah sebagai bentuk ilmu
pengetahuan yang diperoleh dari pengenalan pembiasaan empiris dengan
dengan objek di dunia ini, yang kemudian di olah menjadi konsep melalui
metode silogistik pemikiran. Tahapan ini oleh Ibnu Sina juga dijelaskan
dengan konsep perkembangan diri intelektual potensial menjadi
intelektual aktif
Filsafat tabula rasa tidak memberikan ruang bagi paham yang
berpendapat bahwa seseorang, dilahirkan dengan darah seniman, darah
pengusaha, atau darah pekerja, atau darah – darah lain, dan
menggambarkan bahwa manusia sudah di takdirkan untuk menjalani profesi
tertentu sejak lahir.
Filsafat ini memberi motivasi pada kita bahwa kita dapat menjadi
apapun sesuai dengan pilihan kita jika kita mau belajar. Lingkaungan
memang memengaruhi jenis pengetahuan yang kita peroleh, tetapi ketika
kita sadar bahwa kita memiliki kemampuan untuk memilih, kita juga
memiliki kemampuan untuk memilih, kita juga memiliki kemampuan untuk
belajar merealisasikan pilihan kita.
PENUTUP
Aristoteles mengatakan bahwa setiap awalan memang merupakan
pembatasan. Dengan menuntut transformasi tertentu dalam cara kita
memandang kenyataan. Filsafat Hermeneutika, merupakan salah satu aliran
dalam Post-modern, yang menghidupkan kembali (awal baru) terhadap klaim
berakhirnya filsafat. Melalui bahasa secara implisit-eksplisit,
interlinguistic-ekstralinguistic yang menunjuk pada kondisi dasar
antropologi manusia yang bersifat tensive terhadap filsafat,
rasionalitas dan kebenaran melaui metaforis, retorika dan imajinasi.
Dengan analogi ulat dan kupu-kupu. Kupu-kupu memang berasal dari ulat
namun kupu-kupu bisa terbang sementara ulat tidak. Filsafat betapapun
juga memiliki kemampuan untuk menjelaskan kenyataan lebih daripada
metafor. Tetapi metafor dengan imaji-imaji bebasnya dapat menjadi sumber
inspirasi tak habis untuk berpikir lebih jauh lagi. Kenyataan bahwa
bahkan dalam bahasanya pun filsafat nyatanya sulit melepaskan diri dari
metafor, hanyalah menunjukkan bahwa dalam kenyataannya pencarian
kejernihan konsep memang senantiasa bersitegang dengan upaya untuk
memelihara dinamika makna. Bahasa memang bersifat tensive dalam tegangan
antara pembatasan perspektif dan keterbukaan, antara penggambaran dan
penjelasan, antara ketepatan logis dan resonansi efektif psikologis.
Filsafat dengan bahasanya yang tensive itu lalu memang jadi sulit
untuk diverifikasi maupun ditumbangkan secara tegas. Status ilmiahnya
mau tak mau adalah hipotesis saja yang juga berguna untuk memperluas dan
mengorganisasikan pemahaman kita tentang manusia, dunia dan kehidupan
itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
- Internet Encyclopedia of Philosophy
- Russel, Bertrand 1945 . A History of Western Philosophy and Its conecction with Political and Social Circumitances from Earliest Times to the Prsent Day, Simon and Schuster : New York.
- Standford Encyclopedia of Philosophy
- Stokes, 2006. Philip, Philosophy 100 Essential Thinkers, Enchanted Lion Books: New York
- Wikipedia
- http://simpangtigotokoh.blogspot.com/2008/06/john-locke-1632-1704.html
- Yuwana, Kumara Ari, 2010 Greatest Philosophers, Yogyakarta, Pustaka ANDI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar